Miliki Rumah Sendiri, Impian Tarwi yang Belum Kesampaian

Miliki Rumah Sendiri, Impian Tarwi yang Belum Kesampaian
(Rumah Jl Ngagel Kebonsari II No 22 yang sudah ditempat Tarwi dan keluarganya lebih dari setengah abad. Courtesy Photo : Dok Pri)
Rolasnews.com –  Berbagai penghargaan dan hadiah sudah pernah diterima Tarwi sepanjang lebih dari enam puluh tahun karirnya di dunia balap sepeda. Mulai dari yang kelas ecek-ecek sampai level nasional. Namun ada satu impiannya yang hingga kini belum kesampaian. Memiliki rumah sendiri.

Meski rumah di Jalan Ngagel Kebonsari II Nomor 22, Surabaya, sudah ditempati Tarwi dan anak istrinya selama 52 tahun, bahkan hingga hari ini, tetapi rumah itu statusnya bukan milik pribadi. Melainkan masih milik Pemkot Surabaya.

“Waktu itu (tahun 1968, red) saya juara balap sepeda Piala Walikota Surabaya dan Tour de Java. Sebagai apresiasi atas prestasi saya itu, Pak Walikota Soekotjo menghadiahi rumah di Ngagel ini,” kenang Tarwi tentang asal usul rumah yang ditinggalinya sekarang.

Read More

Hanya saja, ia menambahkan, pemberian rumah dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Cuma dengan secarik kertas berbentuk nota berisi tulisan dan tandatangan Soekotjo, Walikota Surabaya saat itu.

Bagi Tarwi, rumah pemberian Walikota ini sangatlah berharga. Karena itu ia segera memboyong istrinya, Asmani, dan dua anaknya yang masih kecil ke rumah yang memang diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya.

“Saat itu saya begitu senang punya rumah sendiri. Apalagi sebelumnya saya sama istri dan anak-anak masih ngontrak rumah di Pegirikan, Sunan Ampel,” terangnya.

Berlatih di rumah Ngagel
(Di rumah Ngagel Kebonsari ini pula Tarwi terus menekuni dunia yang dicintainya, balap sepeda. Photo Courtesy : TON/Rolasnews)

Saking senangnya, Tarwi yang saat itu baru diangkat menjadi pegawai honorer Pemkot Surabaya, tak begitu memperdulikan status kepemilikan rumah tersebut secara hukum.

“Istilahnya erek-erekan (catatan, red) dari Walikota di masa itu sudah cukup kuat. Jadi saya ndak terlalu mikir yang  aneh-aneh. Lagipula, rumah dikasih kok mau tanya macem-macem. Kayak orang ndak tahu diri saja,” ujar Tarwi.

Maka pria kelahiran Lamongan ini merasa tenang-tenang saja ketika menyerahkan nota dari Walikota Soekotjo tersebut ke mandor yang mengawasi pembangunan rumah-rumah dinas di Jalan Ngagel Kebonsari.

“Sehari setelah boyongan kemari, mandornya minta saya menunjukkan bukti kalau saya berhak tinggal di rumah ini. Karena adanya cuma nota dari Pak Soekotjo, jadi ya saya kasihkan saja notanya,” terangnya.

Rektor Unesa Usulkan Tarwi Dapat Penghargaan Legenda Olahraga

Namun di situlah pangkal masalahnya. Sibuk dengan rutinitas pekerjaan sehari-hari serta kegiatan di balap sepeda, Tarwi lupa meminta kembali nota yang menjadi satu-satunya pegangan bahwa ia menempati tersebut betul-betul atas rekomendasi dan pemberian Walikota Surabaya.

Ketika menyadari pentingnya nota itu, sudah terlambat. Sang mandor raib tak jelas rimbanya.

Tarwi saat finish di Jakarta International Velodrome
(Merayakan usianya yang ke-79 bulan September lalu, Tarwi nggowes Surabaya-Jakarta. Setelah menempuh 1.100 km, mantan pebalap nasional itu berhasil menuntaskan keinginannya finish di Jakarta International Velodrome. Photo Courtesy : TON/Rolasnews)

Kendati demikian, tak ada yang meributkan rumah yang ia tinggali selama puluhan tahun di belakang SMPN 12 Surabaya tersebut. Termasuk dari Pemkot Surabaya. Sehingga ia merasa semuanya baik-baik saja. Tidak ada masalah.

Di rumah itu pula tiga puterinya yang lain lahir dan dibesarkan. Dari kelima anaknya yang masing-masing sudah berkeluarga, Tarwi tak hanya dikaruniai selusin cucu, tapi juga seorang cicit.

“Rumah ini penuh kenangan dan sudah menjadi bagian dari diri saya. Saya ingin suatu saat rumah ini bisa jadi rumah sendiri. Tentunya secara resmi,” kata Tarwi.

Keinginan pria berusia 79 tahun itu sebenarnya bukan mustahil terwujud. Pasalnya, di tahun 2018, Walikota Tri Rismaharini pernah mengatakan akan menyisir aset-aset milik Pemkot Surabaya. Di antara aset-aset tersebut, ada yang terbuka kemungkinan untuk dialihkan kepemilikannya. Khususnya rumah-rumah dinas yang sudah lama ditempati dan telah mengalami perombakan besar-besaran oleh para penghuninya.

“Rumah ini sudah berubah total. Ukuran aslinya waktu itu 3 x 10 meter dengan 1 kamar tidur, 1 kamar mandi dan dapur. Karena anak saya tambah banyak, tanah di sebelah kemudian saya beli. Juga saya tingkat ketika ada rejeki. Jadi rumah ini benar-benar sudah berubah total,” tutur Tarwi.

Melihat perjuangan bapaknya serta ikatan emosional dengan rumah tersebut, salah seorang puteri Tarwi mengatakan akan berusaha semaksimal mungkin mewujudkan keinginan orangtuanya memiliki secara sah rumah yang kini ditempati.

“Bapak tinggal di rumah ini tidak ujug-ujug begitu saja. Tapi apresiasi dari Walikota saat itu atas berbagai prestasi Bapak di olahraga balap sepeda yang mengharumkan nama Surabaya dan Jawa Timur,” kata Ony Cristiana Dewi.

Tarwi & Ony
(Tarwi bersama salah seorang puterinya, Ony Cristiana Dewi. Photo Courtesy : TON/Rolasnews)

Peringati Hari Pahlawan, KONI Jatim Beri Penghargaan 8 Mantan Atlet

Puteri keempat Tarwi itu juga menegaskan bahwa ia dan saudara-saudaranya sudah memiliki rumah sendiri-sendiri. Tidak ada niat dari mereka untuk secara semena-mena menguasai rumah yang masih menjadi aset Pemkot Surabaya tersebut. Melainkan semata demi kedua orangtuanya.

“Kami hanya ingin Bapak dan Ibu merasa tenang di hari tuanya. Jika rumah ini memang harus ditebus, kami akan mengupayakannya. Yang jelas kami akan berjuang agar rumah ini jadi milik Bapak. Sepenuhnya dan sah secara hukum,” tandasnya.

Di sisi lain, ada satu hal sederhana yang menjadi harapan Tarwi, yakni berkaitan dengan sewa yang tiap bulannya harus ia bayar.

“Buat saya ndak masalah prosesnya (mengurus status rumah, red) masih panjang. Semuanya tergantung Pemkot dan kebijakan Walikota Surabaya. Tapi mbok ya saya ini jangan ditarik uang sewa. Rp 300 ribu per bulan yang musti saya bayar itu lumayan banyak untuk pensiunan seperti saya. Kalau bisa ya dibebaskan dari uang sewa. Itu saja harapan saya yang paling sederhana,” tutup Tarwi. (TON)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *