Perjalanan Legenda Balap Sepeda Akan Segera Dibukukan

Perjalanan Legenda Balap Sepeda Akan Segera Dibukukan
(Perjalanan dan kisah hidup legenda balap sepeda Indonesia, Tarwi, akan dibukukan. Foto: Ist)

Rolasnews.com – Kisah hidup Tarwi, seorang legenda balap sepeda di Indonesia, akan segera diwujudkan dalam bentuk buku. Lika liku kehidupan Tarwi mulai dari kecil, berprestasi di dunia balap sepeda hingga masa senjanya saat ini, akan dikupas habis di dalam buku ini.

Menurut Yose S. Beal, meski mengisahkan perjalanan hidup seorang Tarwi, namun buku ini tidak ditulis melulu berdasarkan sudut pandang sang tokoh. Ada riset mendalam mengenai dinamika dunia olahraga, khususnya balap sepeda.

Read More

“Tentu, layaknya dunia penuh kompetisi seperti balap sepeda, ada intrik-intrik khas. Misal, bagaimana strategi mengangkat seorang pebalap tapi di saat yang bersamaan mengorbankan pebalap lainnya. Abah Tarwi di masa keemasannya, justru sering menjadi sosok yang dikorbankan itu,” tutur Yose.

Strategi ini, lanjut Yose, memang terasa bertentangan dengan dunia olahraga yang sesungguhnya menjunjung sportivitas. Namun demi kepentingan-kepentingan tertentu, terkadang dibumbui faktor like and dislike, fenomena korban mengorbankan atlet ini seolah diwajarkan. Dianggap bagian dari strategi tim yang tidak boleh diprotes atlet. Padahal itu buruk dan dapat menenggelamkan potensi si atlet. Bahkan dalam jangka panjang, akan menimbulkan ‘luka’ bagi si atlet yang akan dibawanya seumur hidup.

“Ini juga menjadi hal yang disorot dalam buku biografi Abah Tarwi. Kalau pun nantinya bakal mengundang kontroversi, tidak masalah. Karena penulisannya betul-betul didukung data yang akurat dan bisa dipertanggungjawabkan,” tegas alumni SMPN 12 Surabaya lulusan tahun 1977 ini.

Tarwi dan Istri
(Tarwi dan istri yang telah menemani suka duka selama lebih dari setengah abad. Foto: Ist/Dok Rolasnews)

Sementara Ony, salah seorang putri Tarwi, mengatakan penulisan buku tersebut sangat berharga karena menjadi legasi sang ayah untuk anak cucunya kelak. Bahwa Papayang, panggilan sayang Tarwi di kalangan keluarga dekatnya, adalah seorang atlet balap sepeda dengan segudang prestasi.

“Buku ini nantinya akan menjadi kenangan berharga kiprah dan dedikasi Bapak di dunia balap sepeda. Keluarga tentunya mendukung dan berharap perjalanan Bapak yang dibukukan bisa menjadi inspirasi bagi atlet-atlet muda, khususnya di balap sepeda,” ujar Ony.

Untuk menjaring masukan dan saran, Ahad lalu (20/8/2023), diadakan zoom meeting terkait penulisan buku. Zoom diikuti tak kurang dari 35 partisipan yang rata-rata pecinta maupun komunitas gowes di Jawa Timur.

Bahkan ada dua mantan atlet yang mengikuti zoom dan berkomentar positif mengenai upaya membukukan kisah kehidupan dan perjalanan pebalap asal Lamongan itu.

Puspita dan Tono
(Puspita Mustika Adya dan Sugeng Trihartono dalam zoom membahas tentang sosok Tarwi. Foto: Ist)

Puspita Mustika Adya, atlet balap sepeda yang tenar di era 80-90an, mengingat betul diusianya yang masih belia, ia masuk Tim Jatim dan harus bersaing dengan atlet-atlet yang lebih senior.

“Saya otodidak latihan sepeda di Malang. Di tahun 1982, saat saya masih 16 tahun, saya diambil Tim Jatim setelah menang di kejuaraan yunior. Waktu itu, untuk yang senior dikuasai pebalap dari Surabaya tapi berhasil saya kalahkan. Nah, Abah Tarwi inilah pelatih pertama saya (secara profesional) di Tim Jatim,” kata Puspita.

Setahun kemudian, di Tour de Java, dari 6 pebalap sepeda Jatim, Puspita adalah satu-satunya yang berasal dari luar Surabaya dan juga yang termuda. Kemudian prestasinya terus menanjak, mulai dari juara nasional, SEA Games hingga menuju Asian Games.

Namun yang paling berkesan bagi Puspita saat dilatih Tarwi adalah menanamkan mental juara.

“Untuk menjadi juara tidak hanya fisik dan melalui proses latihan, tetapi mental juara itu juga sangatlah penting. Kamu bisa dan kamu punya mental juara. Itulah yang selalu saya ingat dari Abah Tarwi, guru saya,” kenang mantan raja velodrom di masa jayanya ini.

Sedangkan Sugeng Tri Hartono, mantan pebalap yang kini menjadi salah satu pengurus PB ISSI, mengungkapkan mulai akrab dengan Tarwi saat mereka sama-sama menjadi pelatih Tim balap sepeda Jatim.

Ketika ditunjuk sebagai pengurus Binpres PB ISSI, Tono mengatakan yang pertama kali menghubunginya adalah Tarwi. Ia lantas meminta bantuan masukan dari legenda balap sepeda tersebut.

“Bah, tolong saya dipandu, dibimbing. Alhamdulillah, kita mendapatkan dua medali emas di Asian Games yang mungkin belum pecah setelah eranya Abah Tarwi,” kata Tono.

Tarwi di Velodrom Jakarta
(Tarwi finish di Velodrom Jakarta setelah napak tilas Tour de Java dari Surabaya-Jakarta di usianya ke-79. Buku tentang Tarwi diharapkan dapat menginspirasi generasi muda bahwa kerja keras dan dedikasi akan berbuah manis pada akhirnya. Foto: Ist/Dok Rolasnews.com)

Mengingat begitu banyaknya prestasi yang ditorehkan pebalap kelahiran Lamongan 17 September 1941 ini, banyak yang mendukung untuk pembuatan bukunya.

Sebagai informasi buku biografi Tarwi ini tengah dalam proses pengerjaan dan diharapkan dapat diterbitkan secara luas pada akhir tahun 2023. Buku ini merupakan kolaborasi Yose S. Beal dan Ony Christiana Dewi sebagai produser serta wartawan senior, Boy Febriantono, sebagai penulis utamanya. (*)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *