Rolasnews.com – Kendati usianya terbilang sudah sangat senja, seorang mantan pebalap nasional yang pernah berjaya di era 60-70-an, bertekad menuntaskan obsesinya mengayuh sepeda dari Surabaya menuju Jakarta. Jika kesampaian, itu akan menjadi kado terindah di hari ulang tahunnya yang ke-79!
Bagi Tarwi, usia seolah hanyalah deretan angka. Usia tak harus menghalanginya nggowes atau mengayuh sepeda yang menjadi aktivitas kesukaannya semenjak belia. Jarak yang ia tempuh pun relatif jauh untuk ukuran orang sepuh seperti dirinya.
Sebagai misal, jika sedang ingin mengunjungi anaknya yang tinggal di Malang, enteng saja ia berselancar menyusuri jalanan Surabaya-Malang. Subuh berangkat dari Surabaya, jam 9 pagi sudah tiba di Malang. Dan itu bolak balik ia lakukan.
Namun hal itu tak membuat Tarwi puas. Menjelang usianya yang ke-79 tanggal 17 September mendatang, ia bahkan berencana bersepeda Surabaya-Jakarta. Hebohnya lagi, ia berkeinginan zig zag melintasi jalur utara dan selatan. Padahal jika ditarik garis lurus saja, jarak Surabaya-Jakarta hampir 800 kilometer.
“Ada beberapa tempat yang ingin saya lewati baik di utara maupun selatan Pulau Jawa. Tempat-tempat itu menyimpan banyak memori tak terlupakan semasa saya masih aktif membalap,” kata Tarwi saat ditemui di rumahnya di Jalan Ngagel Kebonsari 2 nomor 22, Surabaya, akhir pekan kemarin.
Di tahun 60 hingga 70-an, Tarwi memang dikenal sebagai salah satu pebalap nasional di cabang olahraga balap sepeda yang kerap malang melintang di berbagai kejuaraan dalam dan luar negeri. Tak terhitung sudah piala yang disabetnya kala menjalani karir sebagai pebalap nasional.
Namun momen yang terus membekas di benaknya adalah saat menjuarai Tour de Java di tahun 1968, baik di nomor perorangan maupun beregu. Karena itu, ia ingin menapaktilasi perjalanan Surabaya-Jakarta, tentunya dengan bersepeda.
“Tahun 2002 saya pernah bersepeda dari Surabaya ke Jakarta. Jarak sejauh itu saya tempuh 4 hari. Tapi waktu itu saya lakukan diam-diam. Habis Sholat Subuh saya pamit istri mau sepedaan. Ga ngomong mau ke mana, tapi langsung bablas ke Jakarta. Lha kalau terang-terangan bilang, ya pasti tidak diijinkan,” kata Tarwi.
Terbukti, lanjutnya, sesampai di ibu kota anaknya yang tinggal di sana ngomel-ngomel begitu tahu sang bapak tiba-tiba nongol di depan rumah dengan sepedanya.
“Anak saya kaget dan marah-marah. Beberapa hari kemudian saya disuruh pulang. Tapi pulangnya ga boleh mancal sepeda lagi. Sepedanya naik pesawat bareng saya ke Surabaya,” setengah terkekeh Tarwi mengenang kejadian tersebut.
Gowes Nggedabrus, Komunitas Sehat Ala Alumni SMPN 12 Surabaya
Tak peduli keluarganya was-was, lelaki kelahiran Lamongan ini masih tetap menyimpan obsesi nggowes Surabaya-Jakarta. Tapi kali ini dengan persiapan lebih matang. Termasuk menuruti keinginan orang-orang terdekatnya untuk mendampingi sepanjang perjalanan sekaligus mendokumentasikannya.
“Kalau saya pribadi ya pinginnya besok berangkat. Saya merasa cukup sehat dan siap kapan pun sepedaan ke Jakarta. Tapi istri dan anak-anak minta saya sedikit bersabar. Jangan grusa grusu. Mereka mau semuanya dipersiapkan lebih baik. Katanya akan ada yang mengiringi pakai mobil dari belakang. Juga ada yang bawa kamera. Mau difilmkan. Wes sakarep, pokok ojo suwe-suwe persiapannya,” ujar Tarwi.
Menjelang peringatan hari kelahirannya yang ke-79 pertengahan September nanti, bapak lima anak dan kakek selusin cucu ini tak mengharapkan kado apa-apa selain diperbolehkan menuntaskan hajatnya mengayuh sepeda Surabaya-Jakarta. Baginya, itu sudah hadiah yang teramat istimewa. (TON)
Semoga lancar perjalanan dan persiapan cak tarwi trip tour de jawa semoga menginspirasi semangat anak2 muda mengikuti jejak beliau ” Usia tdk menghalangi niat kita untuk tetap berusaha”