Rolasnews.com – Upaya pelestarian tradisi dan budaya dalam rangka meningkatkan kecintaan terhadap warisan leluhur dan nenek moyang dapat terus dilakukan dengan berbagai macam cara. Seperti yang dilakukan perkumpulan Perempuan Bersanggul Nusantara (PBN) bersama Komunitas Kebaya Sanggul (KKS) Mbois Malang Raya di Kelurahan Ngaglik Kecamatan Batu, Kota Batu, Sabtu (12/6).
Kunjungan secara formal tersebut ditandai dengan pemberian sumbangan sejumlah pakaian kebaya lengkap dengan jarik kepada para pelaku seni budaya di Kelurahan Ngaglik.
Ketua KKS Mbois Malang Raya, Sany Repriandini mengatakan, pemberian donasi berupa kebaya bukan kali ini saja dilakukan, aksi yang sama juga pernah mereka lakukan di Kampung Budaya Polowijen dengan memberikan 40 stel kebaya khusus untuk anak-anak dan remaja.
“Kegiatan yang dilaksanakan kali ini tidak hanya berupa pemberian donasi kebaya saja. Tetapi juga dimeriahkan dengan gelaran pameran batik Ngaglik, Fashion show serta flashmob, serta pemberian penghargaan kepada lurah Ngaglik saja,” sebutnya.
Lebih lanjut dalam sambutannya, ketua PBN Ries Handana menyampaikan, pelestarian tradisi melalui busana Jawa, utamanya sanggul dan kebaya, merupakan upaya pemajuan kebudayaan sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017.
Menurutnya, dengan berbusana sesuai dengan adat sebagai orang Jawa dapat mengarahkan kita untuk belajar budi pekerti, sopan santun, adat istiadat kita sebagai orang Jawa.
“Sebagaimana pepatah Jawa, ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana. Kalau kita ingin dihargai orang sangat tergantung dari apa yang kita bicarakan dan busana yang kita gunakan. Dengan berbusana Jawa kita turut serta memajukan objek-objek pemajuan kebudayaan,” tuturnya.
Senada, penggagas Kampung Budaya Polowijen, Ki Demang yang turut hadir dalam acata tersebut menilai bahwa memang sudah semestinya pemerintah di Malang Raya ini menetapkan busana Malangan sebagai pakaian khas daerah. Terlebih sudah banyak kajian dan contoh-contoh yang dapat di jadikan rujukan. Salah satunya udeng Malang, motif-batik untuk jarik mungkin juga untuk kebaya yang dapat diambil dari ornament dan relief candi-candi di Malang.
“Kami apresiasi positif kepada pemerintah daerah di Malang Raya yang telah mewajibkan pegawainya untuk memakai pakaian khas daerah pada hari hari tertentu,” ucapnya.
Kedatangan dua komunitas tersebut disambut langsung oleh Ketua TP PKK Kota Batu, Wibi Asri Punjul Santoso, yang di dampingi Lurah Ngaglik, Edwin Yogaspatra Harahap.
Wibi Asri Punjul Santoso dalam sambutannya, mewakili masyarakat Kota Batu menyampaikan ucapan terima kasih atas support dan bantuan dari PBN dan KKS Mbois Malang Raya.
“Ini merupakan bentuk perhatian yang sangat luar biasa kepada kami, sekaligus pengingat bahwa kami harus kembali mencintai budaya dan tradisi Jawa. Pakaian Jawa adat ketimuran juga harus kita jaga dan lestarikan, sebab kebaya dan sanggul itu busana agung dan anggun yang bisa membentuk kepribadian kita sebagai orang Jawa,” ungkapnya.
Baca Juga :
Berbagai Pertunjukan Seni Meriahkan Gelaran Festival Pesona Rampal Celaket
Sementara itu, Lurah Ngaglik, Edwin Yogaspatra Harahap, mengatakan, saat ini di Kelurahan Ngaglik sudah terbentuk Lembaga adat dan sudah melakukan Rembug Adat, dimana nantinya lembaga ini yang akan bertanggungjawab pada kegiatan ritual adat istiadat, tradisi dan menjaga warisan budaya kita.
Ia mengatakan, ke depan Kelurahan Ngaglik juga akan membuat Wisata Kampung Jawa, dimana nantinya akan ada tempat untuk wisatawan belajar aksara Jawa, permainan tradisional Jawa, dan budaya Jawa.
Bahkan, rencananya beberapa rumah akan dijadikan gallery batik di mana wisatawan bisa berbelanja dan membuat batik di Ngaglik.
“Sebagai bentuk dedikasi terhadap upaya pelestarian pakaian tradisional Jawa, kami telah membuat keputusan dan mewajibkan warga kelurahan Ngaglik pada hari tertentu menggunakan batik produksi kelurahan Ngaglik,” tutupnya. (ANC)