Rolasnews.com – Hingga saat ini sepak terjang industri garam di Indonesia masih menemui banyak hambatan, salah satunya adalah masalah kualitas dan kuantitas hasil produksi. Menghadapi masalah tersebut, PT Garam (Persero) ajak kerja sama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Memorandum of Understanding (MoU) untuk meningkatkan produktivitas industri garam di Indonesia, Kamis (3/12).
Berlangsung di Ruang Sidang Senat Gedung Rektorat ITS, MoU ini ditandatangani langsung oleh Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng dan Direktur Utama PT Garam (Persero) Achmad Ardianto. Penandatanganan MoU ini juga dihadiri oleh Direktur Operasi PT Garam (Persero) Hartono.
Dalam pidato pembukaannya, Achmad Ardianto menyampaikan bahwa garam merupakan kebutuhan dalam berbagai sektor kehidupan.
“Industri garam di Indonesia menjadi salah satu sumber penghidupan masyarakat,” tutur pria yang biasa disapa Didi ini.
Sayangnya, lanjut Didi, kualitas garam yang belum maksimal dan ketidakstabilan harga garam produksi lokal seringkali membuat banyak pihak beralih menggunakan garam impor. Karena itu, perlu upaya lebih untuk membangun suatu ekosistem garam nasional yang dapat menyejahterakan masyarakat Indonesia.
Sebagai salah satu mitra strategis petambak garam di Indonesia, PT Garam (Persero) mencanangkan kolaborasi dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITS melalui Direktorat Kerjasama dan Pengelola Usaha (DKPU) ITS.
“Diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, salah satunya ITS untuk menciptakan produk berkualitas premium dan memiliki ekosistem yang bagus,” ungkap Didi.
Bentuk kolaborasi tersebut ialah melakukan pemetaan leveling dengan menggunakan teknologi pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan pemetaan terestrial yang akan dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Sains Teknologi Kelautan dan Kebumian DRPM dan Departemen Teknik Geomatika ITS di bawah koordinasi DKPU ITS.
Pemetaan yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengolahan garam ini akan dilakukan pada lahan seluas 1.100 hektare di Kabupaten Sampang dan lahan seluas 2.500 hektare yang berlokasi di Kabupaten Sumenep milik PT Garam (Persero).
Sementara itu, Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng menjabarkan bahwa kegiatan kerja sama ini akan segera dilaksanakan pada akhir Desember 2020 nanti.
“Pada waktu tersebut proses produksi garam sedang berhenti sementara, sehingga lahan bisa dimanfaatkan untuk proses pemetaan leveling,” terang rektor yang akrab disapa Ashari ini.
Pemerintah Siapkan Pemulihan Ekonomi Nasional untuk Dunia Usaha
Tidak berhenti di situ, dalam penandatanganan nota kesepahaman ini dibahas pula berbagai peluang lain yang akan menjadi bentuk kerja sama ke depannya. Agenda yang pertama ialah proses pengawasan dan otomasi pintu air irigasi pada PT Garam (Persero) yang akan dilakukan Pusat Unggulan Iptek (PUI) Mechatronics and Industrial Automations di bawah koordinasi DKPU ITS.
Selain itu, ada topik potensi pemanfaatan limbah bittern (air tua) dalam mendukung upaya zero and safe waste discharge dari proses pengolahan di PT Garam (Persero) yang akan dapat diaktualisasikan oleh Pusat Penelitian Infrastruktur dan Lingkungan Berkelanjutan DRPM ITS di bawah koordinasi DKPU ITS.
Terakhir, akan ada juga analisa kajian risiko kawasan dan mitigasinya beserta kajian penataan kawasan pada PT Garam (Persero) yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim DRPM ITS di bawah koordinasi DKPU ITS.
Menyambut aneka kerja sama strategis dengan tangan terbuka, Ashari berharap agar ITS dapat terus menyebarkan bibit kebaikan dan hal yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia maupun untuk institusi sendiri.
“Masih banyak hal yang bisa dilakukan, semoga kerja sama berjalan dengan baik dan tepat sasaran,” ucap guru besar Teknik Elektro ITS itu. (TON/HUMITS)