Rolasnews.com – Barangkali salah satu momen paling emosional petualangan Tarwi bersepeda Surabaya-Jakarta adalah pertemuannya dengan Hendra Gunawan di Sukabumi. Bersuanya dua seteru sekaligus sahabat itu benar-benar istimewa karena dilakukan pada usia yang sangat senja serta kondisi fisik yang jauh berbeda.
Begitu finish etape ketujuh, Tarwi ogah membuang-buang waktu untuk menuju penginapan atau sekedar makan siang terlebih dahulu. Sejak awal ia menegaskan ingin segera menyambangi sahabat lamanya di Sukabumi.
Maka seusai sesi foto dan rehat sejenak, ia dan rombongan langsung bertolak ke Jalan Bhayangkara Gg Rawasalak RT 03/RW 07, Sukabumi. Itu adalah alamat kediaman Hendra Gunawan, seteru sekaligus sahabat abadinya di dunia balap sepeda.
“Saya sudah beberapa kali kemari. Yang terakhir, dua tahun lalu diantar anak saya. Tapi baru kali saya mampir ke rumahnya dengan bersepeda dari Surabaya,” kata Tarwi dalam perjalanan ke rumah sahabatnya tersebut.
Berjumpanya dua pebalap nasional era 60-70 an itu benar-benar diwarnai suasana emosional. Mengharu biru. Ini karena di antara sekian banyak pebalap sepeda di era itu, mereka termasuk sedikit yang masih hidup.
Namun yang paling menyentuh adalah kondisi kesehatan keduanya yang bertolak belakang. Tarwi amat bugar karena masih mampu melakukan aktivitas fisik berat seperti sepedaan jarak jauh, sementara Hendra Gunawan menderita glaukoma yang membuatnya kehilangan penglihatan.
“Ini Tarwi ya. Aku langsung tahu dari suaramu,” ujar Hendra Gunawan begitu Tarwi berbisik di dekatnya.
Sembari tetap memegang tongkatnya, Eki, sapaan pria kelahiran tahun 1941 itu mengangsurkan tangannya ke arah Tarwi yang segera merangkulnya. Tak lama, tangis pun pecah di antara keduanya.
Setelah mampu menguasai suasana hati, kedua lelaki sepuh ini lantas bernostalgia mengenang masa-masa mereka berkompetisi di dunia balap sepeda.
Sebagai informasi, saat masih aktif sebagai atlet balap sepeda, Eki membela Jawa Barat sedang Tarwi membawa panji-panji Jawa Timur. Mereka kerap bertemu di berbagai ajang balap sepeda dan bersaing sengit. Namun persaingan memudar dan berganti saling mendukung ketika menjalani Pelatnas.
“Pernah dulu kita ikut Pelatnas di Salatiga tapi ga punya duit. Ya ngompreng lah ke Bawen. Bawa Datsun pick up dan saya yang jadi kernet. Yang bagian teriak-teriak, Wen.. Bawen… Bawen…” Tarwi tergelak mengingat masa itu.
Eki menambahkan, saat membela timnas mereka tak terlalu memikirkan balasan secara materi. Membawa merah putih sudah merupakan kebanggaan tak terperi. Dengan fasilitas dan sarana seadanya ia mampu mempersembahkan dua emas di Asian Games di Jakarta tahun 1962. Medali yang sama juga diraih Tarwi di ajang Ganefo tahun 1966 di Phnom Penh, Kamboja.
“Beda dulu dengan sekarang. Dulu kami tak mikir dapat apa kalau menang. Naik ke podium dan dapat piala, senengnya sudah setengah mati. Tapi kalau sekarang ribut dulu soal dapat bonus atau tidak, prestasi malah belakangan,” imbuh Tarwi yang disambut anggukan sahabatnya.
Mantan Asisten Barengi Nggowes Hingga Finish di Purwokerto
Ada pertemuan ada perpisahan. Setelah sekitar satu jam bercengkrama, dua seteru sekaligus sahabat itu harus kembali berpisah. Tarwi masih memiliki satu etape lagi yang harus diselesaikan dalam napak tilas “Tour de Java”nya yang berakhir di Jakarta International Velodrome, Sabtu (26/9).
“Ki, ayo kita sepedaan lagi ya,” kata Tarwi.
“Iya, Wi. Kamu yang nyetir, aku yang ikut bantu genjot,” balas Eki alias Hendra Gunawan sembari tertawa jelang mereka berpisah. (TON)
Betul2 mereka adalah olahragawan dan atlet sejati, dengan sportifitas yang uar biasa , sesama atlit sama satu tekad dan satu tujuan kemenangan bukan tujuan tapi proses utk mendapatkan kemenangan, itulah yang penting, bravo saudaraku pak Tarwi , terus melangkah memajukan semangat juara kpd generasi muda.