Rolasnews.com – Facebook awal pekan ini memgumumkan bakal bertindak tegas terhadap pengguna dan grup-grup di layanan media sosial itu yang gemar menyebarkan misinformasi terkait vaksin COVID-19 atau vaksin-vaksin lainnya.
“Kami akan memulai tindakan tegas ini segera,” demikian pernyataan Facebook dalam laman resminya.
“Grup, page serta akun di Facebook dan Instagram yang berulang kali menyebarkan klaim menyesatkan, dapat dihapus seluruhnya,” imbuh pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Facebook telah mencekal iklan-iklan yang menyebarkan informasi abal-abal tentang vaksin.
Facebook Cekal Iklan Anti-Vaksin
Pada Desember 2020, perusahaan media sosial itu menyatakan bahwa atas saran dewan pengawas, postingan yang menyebarkan misinformasi tentang COVID-19 akan dilabeli sebagai tidak akurat. Facebook kemudian akan menautkannya ke informasi yang benar.
Kebijakan yang baru ini diterapkan juga setelah berkonsultasi dengan WHO. Organisasi Kesehatan Dunia ini memberikan daftar klaim-klaim tidak bertanggung jawab. Di antaranya, COVID-19 adalah ciptaan manusia di laboratorium, vaksin tidak efektif, beracun, berbahaya atau menyebabkan autisme. Bahkan yang lebih ngawur lagi, ada klaim bahwa, “lebih aman tertular penyakit daripada divaksin!”.
Aktivis anti-vaksin telah memanfaatkan media sosial untuk menumbuhkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap vaksin. Salah satunya adalah Robert Kennedy Jr., yang Januari lalu mengunggah postingan di akun Facebooknya bahwa legenda bisbol AS, Hank Aaron, 86, meninggal karena COVID-19 justru setelah divaksinasi.
Postingan itu kemudian direspon oleh New York Times dengan mengulas bahwa Hank Aaron meninggal karena sebab alami. Bukan gara-gara divaksin.
Namun rumor tentang kematian Aaron terlanjur menyebar luas. Rumor itu pula yang menjadi pemicu sejumlah pengunjuk rasa anti-vaksin membuat kekacauan di tempat vaksinasi massal di Stadion Dodger, Los Angeles, pekan lalu.
Tak hanya vaksin COVID-19, banyak kelompok anti-vaksin yang aktif bergerak sejak sebelum pandemi. Sebuah artikel di jurnal kesehatan yang dimuat Oktober 2020 lalu menunjukkan bahwa ada 31 juta orang yang mem-follow halaman anti-vaksin di Facebook pada tahun 2019. Jumlah ini bertambah 7 juta dibanding tahun sebelumnya.
Dari sebuah studi yang dirilis Januari lalu, ada korelasi antara postingan anti-vaksin di media sosial dengan meningkatnya penolakan publik terhadap vaksin. Hal yang sama juga terjadi pada vaksin COVID-19.
Media Sosial Kerap Sebarkan Informasi Ngawur Tentang Vaksin
Facebook sendiri sebagai salah satu penyedia layanan media sosial terbesar yang berulang kali menjadi sarana penyebarluasan misinformasi terkait vaksin COVID-19 dan postingan-postingan hoaks, menyatakan akan terus memperbaiki kebijakannya.
“Kami akan terus meninjau konten di platform kami, menilai trend bahasa dan menggandeng para pakar untuk memberikan panduan kebijakan tambahan demi menjaga keselamatan orang-orang selama pandemi ini.”
“Selama pandemi, kami juga akan fokus pada cara paling efektif untuk mencegah ketidakbenaran informasi serta hoaks berbahaya tentang COVID-19 dari aplikasi kami. Kami akan memastikan orang-orang mendapatkan informasi yang kredibel dari pakar kesehatan agar tetap aman dan memperoleh informasi yang benar,” terang Facebook dalam penjelasan resminya. (TON)