Sanksi Pelanggar Perwali Surabaya, Mulai Sita KTP, Push Up, Hingga Joged

Sanksi Pelanggar Perwali Surabaya, Mulai Sita KTP, Push Up, Hingga Joged
(Sanksi ringan seperti push up akan diberikan kepada mereka yang kedapatan tak memakai masker. Foto : Ist/Humas Pemkot Surabaya_
Rolasnews.com – Setelah terbitnya Peraturan Walikota (Perwali) Surabaya Nomor 28 tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru pada kondisi pandemi COVID-19, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus melakukan pengawasan. Bahkan operasi dan razia di berbagai bidang. Sanksi akan diberikan bagi pelanggaran Perwali Surabaya tersebut.

Kepala Satpol PP Kota Surabaya, Eddy Christijanto, mengatakan penegakan Perwali Surabaya Nomor 28 tahun 2020 terus dilakukan. Salah satunya kepada perorangan yang tidak menggunakan masker. Sebab, hampir 60 persen pelanggar adalah individu yang tidak menggunakan masker dan tidak jaga jarak.

“Sesuai Perwali pasal 34, Satpol PP diperkenankan melakukan penyitaan KTP kepada para pelanggar. Makanya bagi warga yang tidak menggunakan masker pada saat mengemudi, kita hentikan dan dilakukan penyitaan KTP-nya,” kata Eddy, Senin (22/6).

Read More

Penyitaan KTP itu dilakukan selama 14 hari sesuai dengan masa inkubasi dari virus ini. Setelah 14 hari, pelanggar itu bisa mendatangi Maskas Satpol PP untuk mengambil KTP-nya kembali. Kemudian yang bersangkutan harus menuliskan surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya dan akan mematuhi semua protokol kesehatan yang berlaku.

“Sejak hari pertama penertiban hingga hari ini, sudah ada sekitar 40 KTP yang kami sita. Mereka bisa mengambil KTP itu setelah 14 hari. Langsung datang ke kantor sambil membuat surat pernyataan,” ungkapnya.

Menurut Eddy, bagi warga yang melanggar dan tidak membawa KTP, maka pihaknya melakukan sanksi lain, yaitu diminta Push Up bagi yang muda-muda dan ada pula yang diminta joget. Tujuan utamanya adalah memberikan efek jera.

“Jadi, diharapkan mereka ingat terus pernah dihukum joget karena tidak menggunakan masker. Sehingga mereka akan lebih ingat untuk terus menggunakan masker,” katanya.

Selain itu, tujuan diminta joget itu untuk meningkatkan imun mereka. Sebab, apabila mereka senang berjoget, maka diharapkan imun mereka bisa meningkat, sehingga tidak gampang terjangkit virus.

“Nah, setelah mereka diberi sanksi itu, lalu mereka diberi masker dan diminta untuk selalu dipakai di mana pun berada,” ujarnya.

Surabaya Raya Masih Belum Aman di Masa Transisi

Eddy memastikan sanksi tersebut sudah diberlakukan sejak H+8 Perwali diundangkan. Karena selama 7 hari sebelumnya, Perwali itu disosialisasikan massif ke berbagai bidang.

“Baru pada hari ke 8 kami beri sanksi terhadap pelanggar itu dan itu terus kami lakukan setiap harinya,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Eddy mengajak kepada semua pihak untuk terus mematuhi semua protokol kesehatan yang telah diatur dalam Perwali Surabaya tersebut. Menurutnya, hal ini penting demi keselamatan bersama dan demi memutus mata rantai penyabaran COVID-19 di Kota Pahlawan.

“Mari patuhi protokol kesehatan, karena kami akan terus melakukan pengawasan. Jangan sampai Anda-Anda yang kami sita KTP-nya atau kami suruh push up atau joget,” pungkasnya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment