Otak Atik Zondap, Kesibukan Baru Tarwi

Otak Atik Zondap, Kesibukan Baru Tarwi
(Tarwi dan zondap kesayangannya. Credit: TON/Rolasnews)

Rolasnews.com – Lama tergeletak di gudang depan rumahnya, Tarwi kemudian tergerak untuk menghidupkan kembali zondap miliknya. Asyik mengotak-atik serta membeli spare part atau perintilan lain bagi motor jadul itu, kini menjadi kesibukan barunya.

“Zondap ini terakhir kali hidup dan saya pakai sudah agak lama. Kira-kira 7 tahun lalu,” kata Tarwi mengenai kendaraan bermotor roda dua kesayangannya.

Read More

Namun karena berbagai kesibukan serta aktivitasnya nggowes, motor jadul itu sempat sedikit terabaikan. Alhasil karena lama tak disentuh, zondap miliknya itu pun mati total. Tak hanya mesinnya, tapi juga pajaknya.

“Nopol motor ini sudah mati sejak 2007 lalu. Dulu saya biarkan saja. Tapi karena mesinnya mau saya hidupkan, pajaknya nanti juga mau saya urus,” ujarnya.

Bagi pria berusia 81 tahun ini, ada nilai lebih zondap dibanding motor-motor lain yang pernah dimilikinya. Selain tunggangannya yang stabil, khas motor buatan Jerman, ada prestise tersendiri ketika mengendarainya.

“Saat berhenti di lampu merah, sering ada yang tanya, ‘Pak, motornya dijual ga? Kalau dijual, saya beli. Saya bayar sekarang. Bapak sebut saja harganya’,” tutur Tarwi.

“Aneh-aneh saja orang-orang itu. Motor lagi dipakai kok ngeyel mau dibeli. Di tengah jalan pula,” katanya sambil tergelak.

Mesin masih oke
(Mesin masih oke. Tinggal sedikit perbaikan di sana sini. Credit: TON/Rolasnews)

Meski demikian, Tarwi tak menepis kenyataan bahwa zondap merupakan kendaraan roda dua yang banyak diincar para kolektor motor antik. Bahkan untuk yang terawat, nilai nominalnya bisa mencapai satu unit harga mobil.

“Ada kawan yang cerita kalau zondap miliknya pernah ditawar sampai Rp60 juta. Ditawar harga setinggi itu karena motornya terawat sekali. Mesin dan pajaknya juga masih hidup. Jadi masih bisa dikendarai ke mana-mana,” ujarnya.

“Lha kalau zondap saya ditawar segitu, ya pasti tak kasihkan. Buat apa ditahan-tahan, wong harganya sangat bagus. Uangnya kan bisa untuk beli motor lagi. Sik susuk akeh (masih banyak sisanya) malah,” imbuhnya.

Mantan pebalap sepeda nasional ini mengenang zondapnya dibeli seken tahun 1976, namun ia lupa-lupa ingat harganya. Yang pasti nilainya cukup tinggi pada masa itu. Ia membelinya bukan sekedar untuk koleksi atau gaya-gayaan, tetapi betul-betul sebagai alat transportasi ke kantor atau bepergian ke tempat lain.

“Zondap ini banyak menyimpan kenangan selama lebih dari 40 tahun. Mulai anak-anak masih kecil hingga saya mempunyai belasan cucu, bahkan beberapa cicit. Jadi ya sebisa mungkin motor ini saya rawat, dihidupkan kembali,” ucapnya.

“Tapi kalau ada kolektor motor tua mau beli, asal harganya masuk, ya saya lepas. Bisa saja nantinya dirawat lebih baik lagi. Lagipula saya sudah tua. Cucu-cucu kayaknya juga ga ada yang tertarik. Bagi mereka mungkin lebih nyaman pakai motor-motor keluaran terbaru,” jelas Tarwi.

Zondap kesayangan Tarwi
(Setelah 15 tahun sempat mangkrak, kini zondap kesayangan siap kembali meluncur ke jalan. Credit: TON/Rolasnews)

Sebagai informasi, zondap atau lebih tepatnya Zündapp, merupakan kendaraan roda dua buatan Jerman. Zündapp-Werke GmbH adalah pabrikan motor besar Jerman yang didirikan pada tahun 1917 di Nuremberg. Motor ini mulai diproduksi massal di tahun 1921 hingga tahun 1938 atau menjelang Perang Dunia II.

Usai perang, zondap kembali diproduksi. Awal tahun 1960an, motor 50cc ini mulai masuk ke Indonesia dan sempat sangat populer. Namun di pertengahan tahun 1980, perusahaan yang memproduksinya tutup karena bangkrut.

Perlahan, zondap pun kian langka. Juga semakin tenggelam oleh motor-motor, terutama bikinan Jepang, yang terus membanjiri jalanan di Indonesia. Meski demikian, harga satu unit zondap bisa sangat tinggi karena banyak diburu kolektor motor antik.

Kini, zondap bukan hanya sekedar motor untuk dikendarai dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi juga sudah menjadi simbol prestise pemiliknya. (TON)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *