Rolasnews.com – Tradisi Riyoyo Kupatan biasanya kerap dirayakan masyarakat Jawa, sepekan atau tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Tidak terkecuali di Kampung Budaya Polowijen (KBP), Malang.
Ketua Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Forkom Pokdarwis) Kota Malang sekaligus penggagas KBP, Isa Wahyudi, mengatakan, tradisi Riyoyo Kupatan sebagai ajaran Sunan Kalijaga sampai saat ini masih lestari terselenggara di mana-mana meski telah mengalami penurunan dan pergeseran pelaksanaan.
Menurutnya, makna lebaran adalah selesai, selesai menjalankan ibadah puasa, karenanya setelah selesai maka semua wajib meleburkan dosa-dosa (leburan) dengan saling maaf memaafkan.
“Selain itu kita juga bisa saling meluberkan rizki kita dengan saling berbagi (luberan) makanan atau memberikan sesuatu pada saudara, kerabat, teman sehingga kita bisa melaburkan diri kita (laburan) mensucikan diri kembali ke putih maknanya bersih,” ucapnya dalam acara Riyayan Kupatan di Kampung Budaya Polowijen, Rabu malam (19/5).
Lebih lanjut, dalam sesi Wilujengan Kupatan Riyayan, pria yang akrab disapa Ki Demang ini mengungkapkan bahwa makna filosofi kupatan sebenarnya diambil dari bahasa Arab “kaffatan”. Namun lidah orang Jawa menyebutnya kupatan, yang artinya adalah kesempurnaan. Kesempunaan manusia apabila saling maaf memaafkan, saling berbagi dan memberi serta saling menjalin silaturahmi.
“Ketupat dibuat dengan melilitkan janur satu dengan yang lain dengan maksud terjalin tali silaturahmi serta bersudut empat dan lima yang berati kiblat papat tengah pancer dan memakai beras dan ketan agar badan ini waras dalam ikatan,” ungkapnya.
Kearifan Lokal Jauhkan Kita dari Sawan dan Pagebluk
Turut hadir memberikan sambutan, Fitria Noverita, Kabid Destinasi Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Malang, mengaku sangat mengapresiasi gelaran Riyayan Kupatan yang diselenggarakan KBP. Ia mengatakan kegiatan tersebut sebagai upaya untuk turut menjaga tradisi yang ada selama ini.
“Kami bangga bahwa KBP satu-satunya kampung wisata berbasis budaya yang paling aktif nguri-uri tradisi budaya karena ini merupakan atraksi wisata budaya,” ucapnya.
Sementara disebutkan, persiapan Riyayan Kupatan di KBP sebenarnya dilakukan satu hari sebelumnya, dimana warga bersama-sama merangkai ketupat.
Pada hari Rabu sore sebelum acara inti dilakukan sebagian warga menabuh gamelan. Acara dimulai dengan tembang mocopat dan di buka dengan Tari Beskalan. (ANC)