Rolasnews.com – Banyak jalan menuju Roma. Begitu pula banyak cara menjadi cantik memesona. Tapi awas hati-hati, niat menggebu-gebu jadi cantik bisa berakibat fatal jika tak diimbangi dengan pengetahuan memadai tentang senyawa kimia yang bisa diterima tubuh serta prosedur penggunaannya untuk kecantikan. Ini karena ada prosedur kosmetik populer yang justru dapat menyebabkan kerusakan serius pada kulit wajah, termasuk kebutaan.
Filler kulit adalah salah satu prosedur kosmetik populer yang sangat jamak dilakukan di Amerika Serikat meski juga memiliki resiko serius yang bisa mengancam pasien. Filler disuntikkan di jaringan lunak yang disetujui oleh FDA (BPOM-nya AS) untuk menghaluskan kerutan dan garis halus serta menciptakan tampilan wajah yang lebih penuh.
Menurut American Society of Plastic Surgeons, lebih dari 3,4 juta suntikan dilakukan pada tahun 2020. Filler yang paling populer adalah zat seperti gel yang terdiri dari asam hialuronat, zat yang secara alami ada di dalam tubuh.
Filler telah ada dalam berbagai bentuk selama sekitar 30 tahun. Popularitasnya yang meningkat akhir-akhir ini menyebabkan pula peningkatan jumlah cedera serius yang dilaporkan ke FDA.
Ada lebih dari 1,100 setiap tahun kasus dilaporkan selama tiga tahun terakhir, tetapi beberapa ahli kesehatan meyakini cedera serius yang tidak dilaporkan jauh lebih tinggi dari data yang ada.
Resiko paling serius yang tercatat di situs resmi FDA diantaranya stroke, nerkosis (kematian kulit), reaksi alergi parah, kebutaan, nodul (jaringan abnormal) yang mengeras permanen, hingga kematian.
Sedangkan masalah kesehatan lainnya yang lebih sering terjadi adalah memar, bengkak, infeksi, reaksi alergi, luka terbuka, dan nodul di bawah kulit yang mungkin perlu diangkat dengan operasi.
Seperti dialami oleh mantan model Carol Bryan yang memulai kampanye Saving Face Initiative setelah filler merusak wajahnya. Alih-alih menghaluskan beberapa garis, filler yang disuntikkan ke wajahnya malah berkontraksi.
Kerusakan itu begitu parah hingga Bryan menghabiskan waktu bertahun-tahun sebagai seorang penyendiri, tidak berani muncul di depan umum sampai dia menemukan seorang ahli bedah plastik yang bersedia mencoba memperbaiki kerusakan tersebut. Bryan menjalani enam kali operasi dan saat ini ia gencar berbicara tentang potensi komplikasi, resiko, dan pentingnya informasi tentang filler.
Resiko Suntikan
Bukan hanya suntikan ilegal yang bisa menyebabkan cedera serius. Beberapa orang telah meninggal setelah disuntik mulai dari silikon, lem super bahkan dempul untuk konstruksi wajah. FDA sendiri telah memperingatkan bahwa silikon, yang secara permanen tinggal di dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan, stroke, dan bahkan kematian.
Menurut FDA, filler adalah salah satu prosedur medis dan memperingatkan bahwa prosedur ini hanya boleh dilakukan oleh praktisi perawatan kesehatan berlisensi. Namun sayangnya belum ada standar nasional pelatihan yang diperlukan agar seseorang perawat kesehatan dapat melakukan prosedur tersebut.
Pada Mei 2021, FDA mengadakan pertemuan virtual untuk membahas resiko dan manfaat filler. Satu hal yang selalu diulangi selama pertemuan tersebut adalah perlunya pelatihan ekstensif.
Hal itu diamini ahli bedah plastik Brian Gawley yang mengelola MD Skin Lounge, dimana filler adalah prosedur kosmetik populer di sana.
“Wajah kita memilki jaringan pembuluh darah paling subur di seluruh tubuh,” jelas Gawley.
Cedera serius dapat terjadi jika filler secara tidak sengaja disuntikkan ke dalam pembuluh darah sehingga menghalangi aliran darah ke pembuluh di bagian hilir. Jika tidak segera ditangani dan mengalami penyumbatan, kulit dapat dengan cepat mulai mati. Kebutaan dapat terjadi meski pun suntikan tidak dilakukan di dekat mata.
“Apa yang begitu menakjubkan tentang tubuh manusia adalah Anda dapat menyuntikkan langsung melalui hidung dan jika masuk ke pembuluh darah yang tepat, ia dapat naik kembali dan menemukan jalannya di belakang mata Anda,” kata Dr. Gawley.
6 Tips Ampuh Hentikan Pendarahan Gusi
Kurangnya Peringatan
Selama pertemuan publik FDA, para ahli juga membahas pengambilan langkah tambahan untuk memastikan pasien mendapat informasi tentang resiko filler.
Dr. Diana Zuckerman, Presiden Pusat Penelitian Kesehatan Nasional, menyoroti pentingnya pasien diberikan peringatan yang lebih kuat dan jelas, termasuk daftar periksa yang menguraikan resiko yang harus dialami pasien. Zuckerman menunjukkan kesulitan dalam menemukan informasi tentang resiko, terutama dalam pencarian secara online.
“Jika Anda bertanya-tanya mengapa pasien mengatakan bahwa mereka tidak diberi tahu tentang resikonya, buka saja Google atau mesin pencari lainnya dan ketik salah satu produk dengan menambahkan kata “resiko”, anda akan dibombardir dengan iklan dan informasi promosi lainnya. Dan Anda akan sulit menemukan informasi mengenai resiko yang sesungguhnya,” lanjut Dr. Zuckerman
Yang lebih mengenaskan, situs web produsen seringkali tidak mencantumkan informasi keselamatan penting seperti dapat mengakibatkan stroke, kebutaan, hingga kematian untuk pasien.
Tren Injeksi Mandiri di Media Sosial
Baru-baru ini muncul video online yang menunjukkan kepada masyarakat bagaimana cara melakukan filler sendiri di rumah tanpa bantuan ahli. Padahal filler dermal adalah perangkat resep dan hanya boleh dibeli oleh ahli perawatan kesehatan berlisensi.
Beredarnya video ini, ironisnya, menunjukkan bahwa peralatan filler dapat dengan mudah dibeli siapa saja secara online. Video tersebut menunjukkan suntikan yang dilakukan dengan jarum dan pena injektor yang menggunakan tekanan untuk menembakkan filler ke bibir. Karenanya dr. Zuckerman mengingatkan agar FDA mengeluarkan peringatan keras dan tegas bahwa menyuntikkan filler sendiri sangat dilarang dan berbahaya.
Viralnya video tersebut juga menimbulkan keprihatinan serius bagi Dr. Gawley karena bisa saja timbul kerusakan baik pada suntikan maupun alat penekan.
”Seluruh bibirnya bisa mati dan jika bibir anda mati, sudah pasti anda tidak bisa memperbaikinya lagi,” tandas Dr.Gawley. (AZP)