Rolasnews.com – Twitter memblokir video kampanye Trump yang menampilkan foto George Floyd di platform media sosial berlogo burung biru tersebut. Alasannya, penggunaan foto Floyd dilakukan tanpa ijin alias melanggar hak cipta. Pemblokiran ini tak pelak menambah ketegangan antara twitter dengan Donald Trump, salah satu pemilik akun yang paling banyak memiliki follower di seluruh dunia.
Pada video yang diunggah oleh akun @TeamTrump, twitter memasang label, “Media ini telah dinonaktifkan sebagai respon atas klaim dari pemilik hak ciptanya”.
“Sesuai kebijakan hak cipta kami, kami wajib merespon komplain pemilik hak cipta yang sah atau perwakilan resmi mereka kepada kami,” demikian pernyataan resmi twitter.
Twitter sendiri tidak menyebutkan siapa pemilik hak cipta yang mengajukan keberatan atas pemuatan foto-foto George Floyd di video kampanye Trump.
Meski demikian, video itu masih bisa dijumpai di kanal Youtube milik Donald Trump. Di dalam video yang dimaksudkan sebagai tribute untuk George Floyd tersebut juga ditayangkan gambar-gambar sang pria kulit hitam yang kematiannya memicu protes di seluruh penjuru AS, bahkan dunia.
Dalam tayangan video berdurasi 3 menit 45 detik tersebut, foto Floyd muncul di awal tayangan. Kemudian klip dimontase dengan video aksi unjuk rasa damai dan petugas keamanan yang memeluk demonstran. Adegan lalu beralih ke bangunan yang terbakar dan aksi perusakan oleh massa.
Setelah itu terdengar alunan denting piano yang lembut dan diikuti dengan kemunculan Trump menyampaikan pesan-pesannya.
Trump Ancam Terjunkan Militer untuk Kembalikan Ketertiban
“Perseteruan” antara twitter dengan Trump sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Beberapa hari sebelumnya, twitter telah memperingatkan cuitan Presiden AS itu tentang aksi unjuk rasa di Minneapolis. Saat itu ia berkomentar, “Ketika penjarahan dimulai, penembakan (oleh aparat, red) pun dimulai”.
Twitter menyatakan cuitan itu melanggar aturan platform karena mengglorifikasi kekerasan.
Namun ketegasan twitter ini agaknya berbuntut. Bak bocah, Trump kemudian menanggapi dengan mengancam akan melakukan pembalasan terhadap perusahaan media sosial tersebut.