Atlet Olimpiade Keluhkan Aturan Soal Menyusui Bayi di Olimpiade Tokyo

Atlet Olimpiade Keluhkan Aturan Soal Menyusui Bayi di Olimpiade Tokyo
(Ona Carbonell, atlet renang indah Spanyol. Credit: Getty Images)
Rolasnews.com – Atlet renang asal Spanyol, Ona Carbonell, mengeluhkan rumitnya aturan yang diberlakukan Pemerintah Jepang tentang menyusui bayi saat berada di Olimpiade. Menurutnya, aturan tersebut terlalu berbahaya dan tidak praktis baginya.

Carbonell dilaporkan ingin membawa putranya yang masih memerlukan ASI ke Olimpiade Tokyo.

Seperti diberitakan Forbes (22/7), Carbonell memposting video di Instagram minggu ini yang menggambarkan betapa frustasinya hambatan yang dihadapi oleh atlet menyusui di olimpiade. Dalam video tersebut ia menjelaskan dengan bahasa Spanyol pedoman yang harus ia ikuti untuk menyusui putranya Kai saat berada di gelaran olimpiade.

Read More

Kai, yang berusia hampir satu tahun harus tinggal di hotel “dan kita tak akan pernah tahu seberapa jauh jaraknya dengan perkampungan atlet.”

Atlet renang indah Spanyol itu mengatakan mereka tidak akan diizinkan meninggalkan kamar hotel selama 20 hari selama berada di Tokyo.

Tentu saja hal itu memicu kekhawatiran tidak hanya dengan keadaan putranya yang terkurung, tetapi ia juga mengkhawatirkan kesehatan timnya mengingat pandemi corona yang terus meluas.

“Bagi saya penting untuk pergi dan menyusui Kai kapan pun ia membutuhkannya di siang hari. Saya harus bolak balik ke perkampungan atlet olimpiade untuk melakukannya… Dan itu tentu saja mempertaruhkan kesehatan tim saya. Secara pribadi saya tidak bisa menerima kondisi ini,” keluhnya.

Baca Juga :

Jepang Rilis Panduan Lebih Ketat untuk Kamp Latihan Atlet Asing di Olimpiade

Carbonell mengatakan akan menggunakan pompa saat berada di Tokyo dan berharap putranya akan tetap tertarik untuk menyusui ketika ia kembali ke rumah.

Ona Carbonell dan Kai
(Ona Carbonell dan saat ia menyusui Kai. Credit: Montage/Wire Image/IG @ona_carbonell)

Kurangnya regulasi yang mendukung sepenuhnya bagi ibu menyusui bayi bukan sekali ini saja terjadi. Banyak ibu yang bekerja harus dapat menyeimbangkan antara menyusui dengan tuntutan pekerjaan.

Regulasi untuk mendukung wanita dapat memompa ASI di tempat kerja memang telah ada, namun implementasinya jauh dari kata optimal. Banyak karyawan menyusui meloporkan kurangnya dukungan dari majikan mereka, termasuk menghadapi stigma dianggap terlalu banyak istirahat dan ejekan dari sesama rekan kerja.

Di Amerika Serikat hukum federal mengharuskan pemberi kerja untuk menyediakan waktu istirahat yang wajar bagi seorang karyawan untuk memompa ASI bagi anaknya yang masih bayi selama satu tahun setelah kelahiran anak setiap kali karyawan tersebut memilki kebutuhan untuk memompa ASI. Majikan juga wajib menyediakan tempat khusus, selain kamar mandi yang terlindungi dari pandangan dan bebas dari gangguan siapa pun.

Meski demikian,,masih banyak wanita menghadapi kenyataan yang sama seperti Carbonell, merasa dipaksa untuk memilih antara karier dan menyusui bayi. Riset mendapati bahwa 20 persen wanita yang kembali bekerja atau sekolah memutuskan untuk berhenti menyusui.

The Washington Post pernah melaporkan kisah seorang wanita dari perusahaan rintisan teknologi Silikon Valey tempatnya bekerja.

“CEO perusahaan biasa mengumumkan kapan saya akan memompa dengan menyanyikan lagu kecil yang dapat didengar semua orang,” tulis Washington Post mengutip narasumbernya.

Wanita tersebut juga menceritakan insiden lain yang dialaminya ketika ia tidak diizinkan meninggalkan meeting untuk memompa hingga ASI nya mulai merembes di baju. Si wanita akhirnya memutuskan meninggalkan perusahaan tersebut.

Penelitian yang mengangkat masalah ini lebih banyak menunjukkan sikap negatif terhadap penerimaan pada wanita yang meyusui bayi.

Baca Juga :

Secara Fisik dan Ekonomi, Kaum Hawa Paling Terdampak Pandemi

Banyak orang merasa kesal bila melihat seorang ibu menyusui di depan umum, memperpanjang durasi menyusui lebih dari satu tahun, dan memompa ASI di tempat kerja.

Sekalipun terobosan aturan pelonggaran telah dibuat dengan para majikan, tanggapan publik masih sering kritis terhadap wanita yang mengambil jeda waktu untuk memompa ASI saat bekerja. Padahal kita tahu ASI adalah sumber nutrisi penting bagi bayi untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya yang nilai gizinya belum dapat ditemukan dalam produk susu olahan manapun.

Ibu menyusui
(Menyusui adalah hak bagi ibu dan si bayi. Sayangnya, hal ini sering dipandang sinis dan menjadi kendali bagi perempuan pekerja. Credit: Association of Breastfeeding Mothers)

Tujuan Carbonell mengangkat masalah ini adalah untuk menyadarkan banyak pihak betapa pentingnya periode menyusui bagi ibu dan anak. Ia juga berharap para atlet wanita lain yang juga mengalami hal yang sama ikut berjuang dan bersuara menormalkan situasi tersebut yang dianggapnya” tidak normal”.

Ironis memang bahwa kegiatan menyusui bayi yang merupakan sumber kehidupan pertama bagi manusia harus “dinormalisasi”. Namun begitulah kenyataannya,

Menghapus stigma seputar menyusui adalah jalan terbaik yang harus dilakukan agar para wanita dan juga kaum ibu tetap dapat menyusui sekaligus mengejar karir.

Walau langkah keselamatan dan pencegahan penyebaran virus corona harus diperhatikan, namun  sudah sepantasnya  negara penyelenggara even besar sekelas Olimpiade juga memikirkan dengan cermat hal-hal mendasar seperti ini agar tidak menimbulkan kekhawatiran berlebihan  yang bisa merugikan pihak lain. (AZP)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *