Rolasnews.com – Secara fisik dan ekonomi, kaum perempuan adalah yang paling terdampak pandemi. Pasalnya, mereka melakukan lebih banyak pekerjaan tanpa upah selama pandemi COVID-19. Mereka juga memiliki resiko lebih besar untuk jatuh miskin.
Demikian hasil sebuah laporan yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hari Kamis (26/11).
Dalam laporan berjudul “Whose Time to Care” yang diinsiasi organisasi perempuan PBB tersebut, dilakukan survey data ke di 38 negara. Survey dilakukan melalui telepon dan metode survey online.
Hasilnya menunjukkan bahwa baik perempuan maupun laki-laki mengalami peningkatan beban pekerjaan yang tidak dibayar. Namun kaum perempuan adalah yang paling terdampak “pekerjaan tanpa upah ini”.
Dibandingkan laki-laki, perempuan lebih banyak yang terpaksa meninggalkan pekerjaan demi mengurus anak-anak dan anggota keluarga lainnya di rumah.
Dalam laporan itu juga dinyatakan bahwa sejumlah besar perempuan, yang sudah cenderung tidak bekerja, makin kecil kesempatannya masuk ke pasar tenaga kerja saat ini.
Kesenjangan paling tinggi terjadi di Amerika Latin. Di wilayah yang paling parah terdampak COVID-19 secara ekonomi itu, jumlah perempuan yang tidak masuk dalam angkatan kerja adalah 83 juta. Melonjak dari sebelum pandemi, 60 juta.
Sejak pandemi, 56 persen perempuan dan 51 persen laki-laki mengalami penambahan waktu kerja yang tidak dibayar. Prosentase ini meningkat ketika pekerjaan rumah tangga, termasuk merawat anak-anak, juga dimasukkan ke dalam laporan tersebut.
Pada bulan Juli lalu, Ipsos merilis riset di 16 negara yang menunjukkan bahwa sebelum pandemi, kaum perempuan rata-rata menghabiskan 26 jam per minggu untuk mengurusi anak-anak. Namun saat pandemi merebak, angka ini meningkat menjadi 31 jam.
Sementara untuk kaum laki-laki, jumlah jumlah jamnya juga naik dari 20 jam sebelum pandemi menjadi 24 jam setelah pandemi.
Yang paling mengkhawatirkan, menurut laporan tersebut, adalah studi yang dipublikasikan pada bulan September lalu oleh U.N Women (badan PBB untuk kesetaraan gender), yang mengindikasikan kerugian ekonomi terkait pandemi COVID-19 berpotensi menyebabkan 13 persen perempuan dan anak-anak jatuh ke dalam jurang kemiskinan.
“Tahun depan, 435 juta perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia berpenghasilan rata-rata kurang dari USD 1,90 (Rp 26.750)/hari. Itu sudah termasuk 47 juta yang tiba-tiba jatuh miskin akibat COVID-19,” demikian tulis laporan itu.
PBB : Pandemi Berpotensi Ciptakan Jutaan Pekerja Anak
Hasil laporan juga menyerukan kepada pemerintah berbagai negara untuk mengadopsi kebijakan yang lebih konkrit. Di antaranya berinvestasi dalam apa yang disebut sebagai “kepedulian ekonomi” untuk mereka yang menderita akibat kurangnya upah dan eksploitasi.
U.N. Women mendorong pemerintah menyediakan jaring pengaman sosial untuk keluarga miskin, memberikan cuti sakit serta mengatur program “bantuan tunai untuk perlindungan”. Bantuan tersebut untuk mensubsidi para orang tua yang terpaksa mengambil cuti demi merawat anak-anak mereka saat sekolah ditutup karena pandemi COVID-19. (TON)