TNBTS Tak Sekedar Destinasi Wisata

TNBTS Tak Sekedar Destinasi Wisata
(Sarasehan memperingati Hari Lingkungan Hidup di kantor Balai Besar TNBTS. Photo Courtesy : ANC/Rolasnews)
Rolasnews.com – Selama ini sebagian besar masyarakat mengenal kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) hanya sebagai lokasi wisata. Namun nyatanya, TNBTS juga merupakan kawasan konservasi yang pengelolaannya tidak sekedar untuk wisata.

Plt Kepala Balai Besar TNBTS, Novita Kusumawardhani, menyebutkan, berdasarkan UU No.5 Tahun 1990 disebutkan bahwa ada tiga fungsi Taman Nasional, yaitu fungsi untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan, fungsi pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, fungsi pengawetan keanekaragaman hayati jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.

“Sekarang, aspek pemanfaatan ini yang lebih banyak ditonjolkan khususnya yang wisata. Padahal ada juga aspek pemanfaatan yang lain seperti pemanfaatan air oleh masyarakat sekitar maupun pemanfaatan karbon,” ucapnya dalam acara sarasehan bersama media memperingati Hari Lingkungan Hidup di aula kantor Balai Besar TNBTS, Sabtu (5/6).

Read More
Link Banner

Menurutnya ada beberapa hal sebetulnya dari pemanfaatan yang bisa dilakukan, yakni penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya dan wisata alam.

Contoh menunjang budidaya yang sudah TNBTS lakukan antara lain budidaya bunga edelweis yang dilakukan warga Wonokitri untuk kemudian dipasarkan dengan memberikan edukasi kepada pengunjung cara menanam edelweis dan belajar mendalami apa sih artinya bunga edelweis bagi masyarakat Tengger.

“Hal ini yang mungkin kedepan bisa kita mulai kampanyekan terkait nilai-nilai konservasi yang berkembang di masyarakat yang ternyata juga bisa menjadi atraksi wisata tambahan, daripada sekedar hanya mengujungi Bromo, Tengger dan mendaki Semeru,” sebutnya.

Selain itu menurut Novita, TNBTS tidak sekedar destinasi wisata tapi juga merupakan kawasan untuk pengawetan keanekaragaman hayati.

Novita Kusumawardhani
(Plt Kepala Balai Besar TNBTS, Novita Kusumawardhani, mengatakan budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat sekitar kawasan konservasi juga dapat menjadi atraksi wisata tambahan. Photo Courtesy : ANC/Rolasnews)

Baca Juga :

Perdagangan Satwa Liar Banyak Terjadi Dari Negara Miskin Ke Negara Maju

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sendiri telah menetapkan bahwa ada 25 jenis satwa prioritas terancam punah yang menjadi konsen untuk dilakukan peningkatan populasinya. Dua diantaranya ada di BTS yaitu Elang Jawa atau Burung Garuda dan Macan Tutul.

“Alhamdulillah populasi Elang saat ini sudah meningkat, artinya habitatnya sudah cukup baik. Peningkatan jumlah populasi ini memang riil karena teman-teman betul-betul mengamati mulai dari burung Elang membuat sarang, bertelur, sampai dengan telurnya menetas,” tuturnya.

Lebih dalam Novita juga mengatakan bahwa dalam pengelolaan kawasan konservasi sendiri sudah ditetapkan 10 cara baru pengelolaan kawasan konservasi, yaitu masyarakat sebagai subyek, penghormatan pada hak asasi manusia, kerjasama lintas eselon 1 Kementerian LHK, kerjasama lintas kementerian, penghormatan nilai budaya dan adat, kepemimpinan multi level, sistem pendukung saintifik, pengelolaan resor berbasis manajemen, reward and mentorship serta organisasi pembelajaran.

“Cara pengelolaan ini memang baru tapi sebenarnya diambil dari kearifan lokal yang sudah ada yang kemudian diformulasikan,” pungkasnya. (ANC)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *