Rolasnews.com – Direktur Jenderal WHO awal pekan ini mengecam keras kelakuan negara-negara kaya yang berusaha menginokulasi seluruh populasi penduduk mereka dari COVID-19 dengan mengabaikan nyawa warga negara-negara miskin. Akses Vaksin COVID-19 yang tidak adil ini disebutnya “semakin tidak masuk akal setiap harinya”.
“Negara-negara kaya saat ini memvaksinasi kaum muda, orang-orang sehat yang resikonya kecil terpapar virus dengan mengorbankan nyawa petugas kesehatan, orang tua dan kelompok beresiko lainnya di negara-negara miskin,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers hari Senin (22/3).
“Negara-negara termiskin di dunia mempertanyakan kesungguhan negara-negara kaya ketika mereka berbicara tentang solidaritas,” imbuh Sekjen WHO tersebut.
Sebelumnya, pada pertengahan Januari lalu, Tedro memperingatkan bahwa dunia berada di “ambang kerusakan moral yang dahsyat” akibat diabaikannya nyawa dan kehidupan di negara-negara termiskin di dunia.
Saat itu, lebih dari 39 juta dosis vaksin telah disalurkan ke 49 negara kaya. Padahal ada satu negara miskin yang hanya mampu mengakses 25 dosis vaksin.
Menurut Our World In Data dari Universitas Oxford, dari sekitar 500 juta dosis vaksin yang diluncurkan, 124 juta dosis diambil Amerika Serikat dan 75 juta dosis ke China. Sangat njomplang jika dibandingkan dengan Nigeria yang pekan lalu hanya mampu memiliki 8 ribu dosis vaksin dan Bahama 110 dosis vaksin.
Jika dihitung dosis per 100 orang, Israel memimpin dunia dengan 112,52. Sementara Nigeria yang berpenduduk lebih dari 200 juta, sangat kecil jumlah dosis vaksin yang dimiliki, bahkan mendekati nol.
COVAX, inisiatif WHO untuk memberikan akses vaksin COVID-19 yang lebih adil, sejauh ini telah mengirimkan tak kurang dari 31 juta dosis ke 57 negara, termasuk Ghana, Brasil, Uganda, Mali, Malawi, dan negara-negara ber-PDB rendah lainnya.
Perburuan Vaksin COVID-19 Didominasi Negara Kaya
Tedros mengatakan bahwa distribusi vaksin yang tidak adil ini bukan hanya kegagalan moral, tetapi juga sesat. Pasalnya, negara-negara kaya berusaha membeli “rasa aman palsu” dengan buru-buru memvaksin seluruh penduduk mereka.
“Semakin banyak penularan, semakin banyak varian. Semakin banyak varian yang muncul, semakin besar kemungkinan mereka menghindari vaksin,” katanya.
“Selama virus terus menyebar di mana-mana, korban akan terus berjatuhan,” tandas Tedros.
Sekjen WHO berkebangsaan Ethiopia itu mengingatkan selama pandemi masih berkecamuk, perdagangan dan mobilitas penduduk dunia akan terganggu. Dan itu tentunya menghambat pemulihan ekonomi global. (TON)