Wisuda ITS ke-122 Hasilkan Wisudawan Termuda dan Tertua

Wisuda ITS ke-122 Hasilkan Wisudawan Termuda dan Tertua
(Wisudawan termuda, Muhammad Dimas Nugraha Aryatama, dan wisudawan tertua, Haryanto, di acara Wisuda ke-122. Foto : Ist)
Rolasnews.com – Ada yang unik pada Wisuda ke-122 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, yakni munculnya wisudawan termuda dan tertua. Satunya berusia 19 tahun, satunya lagi 60 tahun.

Muhammad Dimas Nugraha Aryatama berhasil lulus dengan menyandang predikat sebagai wisudawan termuda dalam Wisuda ITS ke-122. Mahasiswa asal Banjarmasin ini akan diwisuda menjadi sarjana Teknik Komputer pada usianya yang baru menginjak 19 tahun 7 bulan. Prosesi wisuda untuk Dimas, panggilan akrabnya, akan dilakukan pada wisuda sesi ketiga tanggal 24 Oktober 2020 mendatang.

Sebelumnya, Dimas juga menjadi mahasiswa baru termuda empat tahun silam. Dibandingkan orang kebanyakan, Dimas melalui jenjang pendidikannya relatif cepat.

Read More

Ia menjalani jenjang Sekolah Dasar (SD) hanya lima tahun. Pria berotak encer ini kemudian berkesempatan menjajal program percepatan belajar atau akselerasi di tahun ketiganya di SD. Sehingga selama kelas 3 sampai 6 ditempuh masing-masing selama delapan bulan dan lulus dalam kurun waktu lima tahun saja.

Hal yang sama dilakukannya saat SMA. Ia lagi-lagi mendapat kesempatan mengikuti program akseleras sehingga lulus SMA hanya dalam waktu dua tahun. Setelahnya, ia langsung melenggang ke jenjang perkuliahan saat umurnya juga masih belia, yakni 15 tahun.

Muhammad Dimas Nugraha Aryatama
(Muhammad Dimas Nugraha Aryatama, wisudawan termuda ITS yang juga aktif di UKM Robotika selama kuliah. Foto : Ist)

Karena kesukaannya mengotak-atik komputer, mahasiswa kelahiran tahun 2001 ini lantas melabuhkan pilihannya pada Departemen Teknik Komputer ITS. Di departemen ini, Dimas menemukan bidang favoritnya yakni machine learning dan deep learning yang merupakan suatu teknologi yang sangat gencar pengembangannya pada saat ini.

“Penerapannya dapat sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari,” tuturnya beralasan.

Di Tugas Akhir (TA), Dimas memilih topik berjudul “Pendeteksian Pneumothorax Pada Citra X-Ray Menggunakan Convolutional Neural Network”. Pada penelitiannya, Dimas menggunakan sistem deep learning untuk dapat mendeteksi kondisi pneumothorax pada gambar x-ray pasien. Ia fokus membandingkan tingkat keakuratan dari berbagai model arsitektur deep learning.

Selama empat tahun masa kuliahnya, Dimas juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Robotika. Di sana ia mengaku mendapat banyak pelatihan terkait Internet of Things (IoT) hingga deep learning. Berbagai pengalamannya itu mengantarkannya meraih juara tiga pada ASEAN MATE Underwater Robot Competition 2017 lalu.

Muhammad Dimas Nugraha Aryatama bersama rekan2nya
(Dimas (kanan), saat bersama rekan-rekannya kuliah di ITS. Foto : Ist)

Usai menyelesaikan pendidikan sarjananya dengan meraih IPK 3,17, Dimas berencana melanjutkan studinya ke jenjang Master (S-2). Penghobi buku sejarah, biografi tokoh hingga militer dunia ini bercita-cita dapat mengaplikasikan ilmunya dengan bekerja di bidang data analyst atau software engineering.

Gelar Wisuda Daring Pertama, ITS Hadirkan Minecraft

Berbanding terbalik dengan Dimas, Haryanto justru adalah wisudawan tertua di Wisuda ITS ke-122. Ia menuntaskan studi doktoralnya (S3) di Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di usia 60 tahun 11 bulan.

Har, demikian ia biasa dipanggil, akan diwisuda pada sesi pertama yang dilaksanakan secara daring, Sabtu (17/10).

Har mengungkapkan bahwa motivasinya dalam menuntut ilmu hingga ke tahap ini bermula dari hobinya dalam belajar. Sejak menempuh program sarjana (S1) di Departemen Fisika ITS, lelaki berkacamata ini sudah menunjukkan antusiasme lebih dalam menimba ilmu. Hal ini ia buktikan dari banyaknya waktu senggang yang dimanfaatkan untuk membaca buku.

Setelah menyelesaikan studi S1-nya tahun 1984 silam, Har memilih menjadi dosen agar ia mendapatkan kesempatan untuk belajar lebih lanjut. Berbuah manis, mahasiswa angkatan pertama Departemen Fisika ITS ini akhirnya melanjutkan studi dengan banting setir ke bidang industri.

“Selama dua tahun hingga 2005, saya fokus mempelajari manajemen operasional di Departemen Teknik Industri ITS,” tutur bapak kelahiran 1959 ini.

Dalam hidupnya, Har berprinsip bahwa belajar itu harus terus dilakukan sepanjang hayat. Meskipun harus menggelontorkan uang demi melanjutkan studi, ia menganggap bahwa ini adalah bagian dari investasi untuk dirinya.

Haryanto, wisudawan tertua
(Haryanto, wisudawan tertua pada Wisuda ITS ke-122. Foto : Ist)

Dosen Teknik Industri Universitas Surabaya (Ubaya) ini menyadari banyak dinamika yang terjadi selama 20 tahun terakhir. Jika dulu mahasiswa harus bersusah payah mencari materi kuliah di perpustakaan dan mengerjakan tugas dengan bermodal mesin ketik. Namun kini, selain akses materi kuliah yang mudah diakses di internet, pengerjaan tugas pun dapat dilakukan lewat komputer.

“Saya juga jadi merasakan nuansa perkuliahan daring di kala pandemi,” ujarnya antusias.

Untuk menyelesaikan program doktoralnya itu, Har mengangkat disertasi berjudul “Sistem Hubungan Industrial Berkelanjutan: Suatu Skenario Alternatif Redistribusi Nilai Tambah Industri pada Konteks Indonesia”.

Di disertasi itu, ia menjabarkan eksplorasi pemahaman hubungan industrial melalui tiga tahap.

Pertama, eksplorasi awal menyangkut hubungan antara pekerja, pemberi kerja, serta pemerintah. Selanjutnya, eksplorasi epistemologi dan metodologisnya.

“Terakhir terkait kemanfaatan sistem hubungan industrial berkelanjutan dikaitkan dengan realitas ketimpangan penghasilan,” jelasnya. (TON/HUMITS)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *