Krisis Iklim Ancam Ketahanan Pangan, Penyesuaian Tanaman ‘Tahan Stres’ Jadi Solusi

Krisis Iklim Ancam Ketahanan Pangan, Penyesuaian Tanaman ‘Tahan Stres’ Jadi Solusi
Rekayasa genetika pada tanaman yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim menjadi keniscayaan demi menjaga kemampuan bumi memberi makan penduduknya. (Google Image)

Rolasnews.com – Peningkatan suhu, kekeringan, banjir, dan salinisasi akibat perubahan iklim mengurangi hasil pangan dari tanaman utama dunia. Solusi dengan memperluas lahan pertanian tak lagi berkelanjutan. Sebaliknya, tanaman harus disesuaikan dengan kondisi baru ini, salah satunya dengan penyesuaian tanaman tahan stres sebagai solusinya.

Dua pendekatan disarankan: mendomestikasi tanaman liar yang lebih tahan stres lingkungan tetapi berproduksi rendah, atau memasukkan gen tahan stres ke tanaman modern yang berproduksi tinggi. Dalam jurnal Frontiers in Science, para peneliti menyoroti kebutuhan mendesak akan penelitian, pendanaan, dan pemahaman publik tentang hal ini.

Read More

Dampak Perubahan Iklim pada Pangan

Tanaman modern dirancang untuk hasil tinggi, tetapi kurang tahan terhadap perubahan iklim. Kondisi ekstrem seperti kekeringan dan banjir semakin sering terjadi, sehingga menurunkan hasil pangan.

“Ketahanan pangan global sangat bergantung pada kemampuan kita menciptakan tanaman yang tahan iklim,” kata Prof Sergey Shabala dari Universitas Western Australia.

Teknik intensif seperti penggunaan pupuk memang mendukung produksi besar, tetapi tidak berkelanjutan. Pupuk merusak lingkungan karena selama puluhan tahun produksi dan penggunaannya nyaris tanpa kontrol dan dilakukan secara masif hampir di seluruh dunia.

Pada akhirnya, kekeringan, suhu tinggi, dan banjir ekstrem terus menekan produksi tanaman utama dunia.

Air irigasi yang mengandung garam memperburuk salinisasi tanah, menurunkan hasil panen. Banjir yang menyebabkan tanaman tergenang juga menciptakan kondisi hipoksia, menghentikan penyerapan oksigen oleh akar.

Varietas padi yang tahan kekeringan. (ADB)

Mencari Solusi dengan Tanaman Tahan Stres

Tanaman liar dan leluhur tanaman utama lebih tahan stres lingkungan dibanding tanaman modern. Untuk bertahan dari krisis iklim, sifat tahan ini harus diintegrasikan kembali.

Ada dua opsi utama.

Pertama, memasukkan gen tahan stres ke tanaman modern melalui teknologi rekayasa genetika. Meski demikian, banyak gen yang memengaruhi ketahanan lingkungan, sehingga sulit mengintegrasikan semuanya.

Opsi kedua, mendomestikasi tanaman liar yang tahan perubahan iklim tetapi berproduksi rendah. Kendati telah berhasil pada beberapa kasus sederhana, tidak semua tanaman memiliki sifat yang mudah dimodifikasi.

Tantangan dan Dukungan Publik

Keberhasilan kedua strategi ini bergantung pada teknologi inovatif dan penerimaan publik terhadap tanaman baru. Namun, pandangan publik sering kali dipengaruhi politik dan media, bukan pemahaman ilmiah.

“Kita perlu mengatasi kesenjangan antara kemajuan sains dan persepsi publik,” ujar Shabala.

Pendekatan ilmiah dan komunikasi yang efektif diperlukan untuk meyakinkan masyarakat akan manfaat teknologi ini.

Solusi ini penting untuk memastikan ketahanan pangan dunia di tengah krisis iklim yang semakin parah. (TON)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *