Rolasnews.com – Puluhan warga Desa Keramat, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus melakukan studi banding ke Kampung Wisata Subuh Wonosari Go Green RW.19 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang.
Dalam kunjungannya, banyak sekali ilmu terkait pengelolaan kampung Iklim yang mereka dapatkan langsung dari pembina lingkungan tingkat nasional, Ir. Bambang Irianto.
Hal ini diakui Kepala Desa Keramat, Budi Himawan disela kunjungannya ke kampung Wonosari Go Green, serta usai mengikuti presentasi dari Pembina Lingkungan Nasional Ir. H. Bambang Irianto, Sabtu (4/12).
“Di kampung ini kami diberikan ilmu yang luar biasa oleh Pak Bambang tentang pengelolaan kampung iklim,” akunya.
Terlebih menurut Budi, di desanya yang terdiri dari 4 RW dan 26 RT dengan jumlah penduduk sekitar 3.200 tersebut saat ini tengah merintis kampung tematik.
“Yang jelas kami ingin membuat kampung tematik sesuai dengan visi misi kita. Karena itu kami sangat berharap nantinya Pak Bambang bisa datang ke desa kami dan bisa membimbing sekaligus mengarahkan kami sehingga bisa tercipta desa tematik seperti yang di inginkan,” tuturnya.
Sementara itu, pembina lingkungan tingkat nasional, Ir. Bambang Irianto sebagai tuan rumah menyebutkan ada sekitar 50 warga Desa Keramat yang datang ke Wonosari Go Green. Mulai dari Karangtaruna, ketua PKK, Koordinator kampung bahagia KB, tokoh lingkungan dan semua stakeholder desa diajak karena mereka sedang membangun kampung tematik dan juga masuk program kampung iklim. Maka mereka datang untuk belajar.
Baca Juga :
Tandatangani MoU, Glintung Go Green Jalin Kerjasama Dengan FEB UB Selama 5 Tahun
Lebih lanjut disampaikan Bambang, saat ini banyak rombongan kalau melakukan studi banding ke Malang ada sedikit kesulitan karena ada tambahan biaya. Dimana setelah jalur Tol Trans Jawa terbangun maka waktu tempuh ke kota Malang lebih cepat sehingga mereka subuh jam 4 sudah datang.
Jadi begitu masuk ke Malang tentu mereka mencari tempat untuk mandi dan shalat. Objek wisata juga belum buka sehingga ada tambahan biaya-biaya ekstra yang terkadang tidak tercover. Maka melalui jaringan tour and travel bahwa Kampung Wonosari Go Green buka jam 3 pagi.
“Jadi silahkan bagi rombongan yang ingin datang, mau shalat, mandi kita siapkan. Mau coffe break kita siapkan, presentasi, sehingga mereka lebih efektif dan efisien dan mereka lebih punya banyak waktu untuk berkunjung ke objek berikutnya,” ucapnya.
“Itu konsep awal yang hari ini saya launching menjadi kampung wisata subuh,” imbuhnya.
Namun demikian dikatakan Bambang, pengertian wisata subuh bukan wisata religius tapi aktivitasnya saja yang sudah dimulai sejak subuh.
“Kami menangkap peluang. Karena banyak orang pagi ingin berekreasi tapi belum buka. Jadi saya buka mulai awal. Jadi baru satu-satunya Wisata Subuh di Indonesia,” tuturnya.
Di wisata subuh Wonosari Go Green ini mereka akan mendapatkan fasilitas yang berupa presentasi 2 materi, dapat buku, lalu kunjungan ke area dengan guide, dapat coffe break dan makan pagi.
Biayanya juga fleksibel tergantung permintaan.
“Intinya kami mengikuti kemampuan finansial mereka mau pakai paket yang mana, dan warga Desa Keramat, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus tamu pertama yang merasakan sensasi wisata subuh di WNS Go Green ini,” pungkas penerima Kalpataru Pembina lingkungan Nasional ini.(ANC)