Rolasnews.com – Forum Komunikasi Perguruan Tinggi–Teknologi Pertanian Indonesia (FKPT-TPI) menyelenggarakan Seminar dan Pertemuan Tahunan bekerja sama dengan International Association of Agro-based Engineering and Technology (IAAET) dan Forum Komunikasi Program Studi Keilmuan Teknologi Pertanian Indonesia.
Disampaikan ketua FKPT-TPI, Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP, bahwa ada dua agenda utama yang dilaksanakan dalam pertemuan kali ini. Pertama adalah seminar nasional dengan beberapa pemateri termasuk Menteri Pertanian Dr. Syahrul Yasin Limpo, SH, MH.
Mengangkat tema tema “Implementasi program MBKM keilmuan teknologi pertanian dan penguatan inovasi agroindustri pangan nasional dalam mendukung ketahanan pangan, kesejahteraan petani dan daya saing nasional”.
Sedangkan agenda selanjutnya adalah pemilihan ketua FKPT-TPI untuk periode berikutnya menggantikan dirinya.
Lebih lanjut Prof Imam mengatakan, sesuai dengan tema yang diambil, dalam pertemuan ini akan didiskusikan bagaimana kebijakan Kemendikbud melalui program MBKM ini bisa berdampak pada penguatan kompetensi keilmuwan mahasiswa. Apalagi sekarang ada program mahasiswa belajar di luar kampus, sehingga mereka bisa belajar di sektor pertanian, dan di berbagai industri.
“Sekarang kita sudah tidak lagi bersaing antar perguruan tinggi dalam negeri. Tapi bagaimana kita bisa saling menguatkan sehingga bisa sama-sama tumbuh besar dan punya daya saing internasional,” ucapnya di Harria Hotel, Kamis (11/11).
Salah satu jalannya adalah dengan kolaborasi riset, kolaborasi pembelajaran serta publikasi. Termasuk juga penguatan SDM dosen dan mahasiswa dimana mereka harus mendapatkan benefit dari ikhtiar FKPT-TPI.
Dari sisi petani juga akan mendapatkan manfaat dimana nanti akan ada pelatihan, pemberdayaan, penerapan inovasi dan teknologi sehingga petani kita juga mendapatkan manfaat dari beberapa pilihan kebijakan yang nanti akan direkomendasikan.
“Memang petani kita saat ini kalau dilihat dari struktur usia itu rata-rata di atas 40 dan 50 tahun. Karena itu kemudian pemerintah membuat program petani milenial,” ucapnya.
Baca Juga :
Samakan Persepsi, FP UB Siap Kembangkan Klinik Pertanian
Melalui program ini mereka dilatih bagaimana memanfaatkan inovasi teknologi dan disaat yang bersamaan mereka akan memiliki kemampuan literasi digital yang baik sehingga dua hal ini akan menghasilkan petani milenial yang adaptif terhadap teknologi. Baik di teknologi produksi maupun di teknologi pemasaran.
Menurut Prof Imam, tantangan bagi petani milenial adalah bagaimana terus mendorong mereka untuk mampu memanfaatkan sektor-sektor pertanian sebagai jalan hidup jalan usaha yang juga prospektif seperti usaha yang lain.
“Memang kalau kita petakan, sektor pertanian yang incomenya lebih bagus itu di holtikultura seperti buah-buahan dan sayuran, dibandingkan dengan sektor tanaman pangan. Karena itu sektor ini akan kita dorong karena multiplayer efeknya lebih banyak,” pungkasnya. (ANC)