Rolasnews.com – Di bagian pertama artikel ini, sudah dijelaskan apa yang dimaksud dengan Blended Learning tersebut. Yang pada intinya adalah strategi pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring melalui internet.
Pembelajaran ini bukan dua cara yang terpisah. Namun keduanya berjalan seiringan dan didesain untuk saling melengkapi sehingga tanpa salah satunya maka keberlangsungan proses belajar mengajar akan terganggu.
Inilah yang harus disadari baik guru dan orang tua sehingga pola pembelajaran darurat di masa pandemi ini akan tetap bermakna bagi anak.
Tujuan Blended Learning adalah untuk memperoleh pembelajaran terbaik dengan cara mengkombinasikan berbagai keunggulan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran secara virtual (online) dalam masa dimana pertemuan tatap muka sebagai cara utama harus sangat diminimalkan.
Baca Juga :
Mengenal Blended Learning (Bagian 1)
Adapun unsur-unsur Blended Learning yang perlu kita ketahui adalah sebagai berikut:
1. Tatap Muka
Tatap muka (face to face) adalah inti dari sebuah interaksi social antara siswa dan guru. Tanpa interak sisosial yang memadai maka proses belajar mungkin saja tidak maksimal.
Tatap mukas udah dilakukan sejak lama sebelum adanya teknologi cetak, audio visual, dan komputer (baca: internet). Guru menjadi sentra dalam pendekatan ini.
2. Belajar Mandiri
Dengan kemajuan internet saat ini akan terdapat banyak sumber belajar yang dapat diakses oleh peserta didik, dan tidak terbatas pada apa yang dimiliki dan diberikan guru di sekolah saja.
Internet memungkinkan siswa belajar tanpa terbatas ruang dan waktu.Unsur inilah yang menjadi pembeda yang sangat jelas dengan pembelajaran tatap muka di era sebelum pandemi dimana kebanyakan sekolah kita masih sangat mengandalkannya.
3. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah atau Berbasis Proyek serta Kolaboratif
Agar penerapan Blended Learning memiliki makna maksimal bagi siswa, dan bukan hanya sekedar pelarian dari keterpaksaan tidak bisa tatap muka, maka blended learning dapat dilakukan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah atau Berbasis Proyek.
Guru membimbing peserta didik untuk secara aktif mendefinisikan masalah, mencari berbagai alternatif pemecahannya, serta mempelajari berbagai konsep, prinsip, dan teori yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.
Selain Pembelajaran Berbasis Masalah atau Berbasis Proyek, keterampilan kerjasama (kolaborasi) adalah bagian penting dalam penerapan Blended Learning. Memperkuat kolaborasi akan menjauhkan siswa dari rasa jenuh dalam sesi daring karena pembelajaran pasif – baik luring atau daring – akan menimbulkan rasa jenuh pada siswa.
4. Konsultasi Aktif
Dalam Blended Learning yang maksimal, guru berperan sebagai konsultan yang membimbing peserta didik dalam proses pembelajaran berbasis masalah atau berbasis proyek. Keaktifan peserta didik berkonsultasi menyampaikan masalah yang dihadapi akan menjadi kunci dalam proses belajar ini.
Peran aplikasi teknologi tidak dapat mengambil alih peran interaksi sosial antara guru dan siswa dalam proses belajar. Ia hanya sebagai media atau jembatan yang mempermudah karena adanya social distancing selama pandemi.
5. Penilaian dan Evaluasi
Penilaian dan evaluasi dalam Blended Learning berdasarkan pada proses dan berfokus pada target akademik tertentu seperti sebelum pandemi. Yang menjadi fokus adalah menjaga mood dan kesukaan siswa untuk tetap belajar di masa pandemi yang serba terbatas ini.
Tak kalah pentingnya adalah selalu umpan balik dari guru dan indikasi bahwa siswa terlibat dan memahami tujuan pembelajaran.
Otoritas guru tidaklah utama karena penilaian diri oleh peserta didik serta penilaian antar peserta didik menjadi lebih ditekankan. Sikap dan kemampuan reflektif siswa menjadi indikasi bahwa proses belajar telah terjadi. (*)
* Artikel merupakan tulisan dari Rendra Prihandono, pemerhati dan praktisi pendidikan. Penulis juga merupakan Guru Sosiologi di sebuah SMA Swasta di Surabaya.