Rolasnews.com – Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM-UB), Christian Doxa Hamasiah, berkesempatan mengikuti Bincang Kampus Merdeka di Istana Negara bersama Presiden RI Joko Widodo dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim. Ia terpilih mewakili mahasiswa peserta Program Kampus Merdeka untuk menceritakan pengalamannya mengikuti program besutan Kemdikbudristek tersebut pada acara Festival Kampus Merdeka, Selasa (15/6).
Doxa, sapaan akrabnya, pada kesempatan tersebut membagi pengalamannya selama menjadi peserta Program Bangkit, yaitu salah satu model pembelajaran Kampus Merdeka yang berkolaborasi dengan Google. Ia mengikuti program tersebut selama satu semester.
“Saat ini saya masih menjalani program tersebut dan sedang mengerjakan proyek akhir,” ceritanya di hadapan Presiden dan Mendikbud Ristek.
Disebutkan, pada program yang diikutinya tersebut, terdapat tiga jalur peminatan, yaitu android, cloud computing, dan machine learning.
“Saya mengambil cloud computing dan diajar langsung oleh praktisi Google. Kami diajari prinsip dasar cloud, yaitu bagaimana membuat layanan web yang dapat berjalan dengan baik untuk banyak orang dengan cost seefisien mungkin. Karena jika tampilan web sudah bagus namun infrastruktur kurang, maka akan mengurangi pengalaman dari penggunaan web atau aplikasi tersebut,” jelas mahasiswa Prodi Sistem Informasi angkatan 2018 ini.
Pada tahap akhir program ini, Doxa dan tim membuat project untuk UMKM dengan nama USAHAQ. Aplikasi tersebut diharapkan dapat membantu UMKM dengan melihat data dan kebiasaan UMKM dalam melakukan bisnis.
“Sistem kami dapat memberikan keputusan strategis seperti kapan waktunya restok, atau kapan barang ini harus dikurangi. Sehingga bisnis bisa lebih lincah dan lebih efisen,” kata mahasiswa asal Jombang ini.
Baca Juga :
Tingkatkan Mutu Pendidikan, Kemendikbudristek Gandeng Danone Indonesia
Sementara itu, Menteri Nadiem Makarim menilai pentingnya merdeka belajar bagi pelajar dan mahasiswa Indonesia.
“Perubahan global terjadi sangat cepat dan tidak terduga. Tantangan yang kita hadapi berbeda dengan apa yang dihadapi orang tua kita atau yang kita hadapi di masa lalu. Oleh karena itu kita harus siap dan berani mencari cara-cara baru bersama-sama menghadapi tantangan dan mewujudkan visi dan misi SDM unggul,” katanya.
Karenanya, Nadiem berharap program Merdeka Belajar Kampus Merdeka dapat memerdekakan kampus dari berbagai jenis sekat. Sekat antara akademis dan industri, riset dan pembelajaran, sekat antar fakultas, atau antar prodi.
“Kami ingin menciptakan suatu sistem pendidikan tinggi yang berkolaborasi, tanpa ada dinding penyekat. Dan kita ingin para dosen juga keluar dari kampus untuk mendapat pengalaman dan membina mahasiswa yang mencari pengalaman kerja, pengalaman industri, dan di universitas lain,” ucapnya
Menurut Nadiem, ini merupakan satu-satunya cara agar para lulusan mendapat kompetensi di dunia yang perubahannya semakin cepat. Bagaimana mempelajari kolaborasi kalau tidak belajar berkarya sebagai tim. Bagaimana mengerti kreativitas/kewirausahaan kalau tidak mengerjakan sesuatu dalam dunia nyata.
“Jadi kita ingin semua mahasiswa kita bisa berenang ke lautan yang terbuka. Jangan di kolam renang. Harus pergi ke laut untuk melatih diri,” paparnya.
Baca Juga :
FEB Unair dan LMI Laznas Tandatangani MoA Program Merdeka Belajar untuk Mahasiswa Magang
Di akhir diskusi tersebut, Presiden Jokowi berharap gerakan MBKM ini menjadi percepatan atau penyiapan talenta Indonesia.
“Ini merupakan strategi talent boosting yang harus didukung semua pihak. Ini bukan hanya pekerjaan Mas Menteri Mendikbud Ristek, tetapi kita semua kalau kita mau membangun negara menuju indonesia maju,” jelas Jokowi.
Selain Doxa, Bincang Kampus Merdeka ini juga diikuti oleh perwakilan peserta Kampus Mengajar Ayu Sabrina dari UNDIP dan penerima beasiswa LPDP S2 di Yale University Tessa Saraswati.
Hadir pula perwakilan industri, yakni Co Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya dan Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah, serta Ketua Forum Rektor Indonesia Prof. Arif Satria. (ANC/*)