3 Pertanyaan Penting dalam Penerimaan Rapor Akhir Tahun

3 Pertanyaan Penting dalam Penerimaan Rapor Akhir Tahun
(Ilustrasi orang tua mengambil rapor anaknya. Photo Courtesy : Ist)
Rolasnews.com – Saat ini sekolah-sekolah pada umumnya sudah memasuk masa penerimaan rapor akhir tahun. Dan kita sebagai orang tua sangat berkepentingan dengan penerimaan rapor tersebut karena sering kali kita berpikir bahwa rapor akhir tahun adalah gambaran atau indikas idari masa depan anak kita.

Ketika  rapor tersebut tidak menunjukkan hasil yang kita harapkan maka kita akan berpikir bahwa ada yang salah dengan proses belajar anak kita.

Penerimaan rapor akhirnya lebih sering menjadi sebuah sidang penghakiman terhadap kelemahan anak, dan bukan sebuah forum diskusi dan berkonsultasi yang bermakna untuk mengembangkan potensi anak kita.

Read More
Link Banner

Agar penerimaan rapor akhir tahun ini memberi kita informasi yang bermakna, maka berikut adalah beberapa tips dan pertanyaan bermakna yang bias dijadikan gambaran tentang apa yang telah dialami anak kita selama bersekolah setahun ini:

1. Pengalaman belajar apa yang telah diberikan sekolah (guru) untuk anak saya?

Ini adalah pertanyaan mendasar bagi setiap orang tua dalam penerimaan rapor anak. Pengalaman belajar adalah alasan mendasar seorang anak berada di sekolah selama hampir 8 jam (sebelum pandemi) atau mengikuti kelas-kelas daring selama beberapa jam setiap harinya.

Apakah tidak sama bila bertanya tentang nilai anak kita? Nilai adalah ukuran statistik terhadap pengukuran hasil belajar seorang siswa. Namun nilai tidak selalu menggambarkan pengalaman belajar apa yang sudah dialami anak kita di sekolah.

Bila penerimaan rapor dilakukan dengan Student-Led Conference, maka siswa atau anak kitalah yang akan secara mandiri menceritakan apa yang ia alami di sekolah tersebut selama 1 tahun kemarin.

Anak sedih di sekolah
(Rapor hanya salah satu indikasi hasil proses belajar anak di sekolah, bukan ajang penghakiman. Photo Courtesy : Getty Images)

2. Apakah kekuatan atau kelebihan anak saya selama proses belajar setahun kemarin?

Kita sebagai orang tua terlalu sering menekankan untuk membahas kelemahan anak kita di sekolah dan lupa bahwa anak kita juga memiliki kelebihan sebagaiman usia biasa.

Kelebihan anak kita mungkin saja bukan di bidang akademis, terutama bila sekolah tersebut memisahkan aspek akademis dengan non-akademis secara dikotomis. Ini bukan berarti kita tidak memperhatikan kelemahan anak. Akan tetapi kelemahan harusnya dipandang sebagai sesuatu yang bias diperbaiki, dan bukan sesuatu untuk dihukum.

3. Apa yang bisa kami lakukan untuk memperbaiki kelemahan anak kami?

Inilah saatnya kita menggali informasi tentang strategi yang bias disarankan oleh guru anak kita untuk membantunya memperbaiki dirinya baik secara akademik maupun non akademik.

Yang perlu diingat adalah bahwa kelemahan anak kita tidak selalu harus dalam aspek akademik, karena sisi non-akademik seseorang seringkali lebih menentukan keberhasilannya di masa depan. Selain itu, sisi non-akademik, terutama sekali pengembangan kepribadian, adalah sisi yang paling membutuhkan waktu untuk diasah dan diperbaiki sisi kompasnya agar menuju kearah yang positif bagi keberhasilan hidup seseorang. (*)

* Artikel sumbangan dari Rendra Prihandono, pemerhati dan praktisi pendidikan. Penulis juga merupakan Guru Sosiologi di sebuah SMA Swasta di Surabaya.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *