Rolasnews.com – Beras hitam hingga saat ini belum menjadi bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia seperti halnya beras putih. Pasalnya, tidak banyak petani di Indonesia yang tertarik untuk menanamnya sehingga mengakibatkan harga beras hitam jauh lebih mahal dibandingkan beras putih.
Namun demikian, jika dilihat dari kandungannya, beras hitam sebenarnya memiliki nilai manfaat kesehatan yang jauh lebih besar dibandingkan beras putih, terutama bagi penderita diabetes dan obesitas.
Karenanya, dalam penelitiannya yang berjudul “Studi Profil Genomik, Proteomik, dan Karakterisasi senyawa Bioaktif Beras Hitam Lokal (Oryza sativa L.) secara in vitro dan in silico”, Dr. Dewi Ratih Tirto Sari, S.Si., MSi, menyebutkan bahwa beras hitam mempunyai manfaat dalam mengontrol penyakit metabolik.
“Beras hitam mengandung empat antosianin spesifik yang memberi efek anti-inflamasi, anti apoptosis dan antiobesitas, sehingga baik untuk menurunkan angka obesitas dan diet”, papar Dr. Dewi Ratih Tirto Sari dalam diseminasi penelitiannya yang digelar pada hari Rabu (2/6).
Oleh sebab itu, kedepan, beras hitam ini layak direkomendasikan sebagai pangan fungsional dan untuk terapi obesitas dan resiko yang timbul dari obesitas, imbuhnya.
Lebih lanjut Dr. Dewi mengungkapkan, temuannya dari segi plasma nutfah bahwa ketiga jenis beras hitam dari Jawa mamiliki variasi sekuens spesifik yang tidak dimiliki beras hitam Kamboja dan beras hitam japonica dari Jepang.
Temuan lainnya beras hitam dari Jawa juga memiliki kandungan nutrisi asam amino esensial dan non esensial yang lebih tinggi dari beras putih dan beras merah.
“Tiga Jenis beras hitam yang dikoleksi dari Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat mengandung Leusin, ileusin, Arginin dan Histidin yang tinggi dan baik untuk perkembangan dan pertumbuhan sel, sehingga kedepannya cocok digunakan untuk mengatasi kekurangan gizi pada balita atau kasus stunting di Indonesia,” ungkapnya.
Baca Juga :
Pola Makan Nabati Bantu Pertumbuhan Mikroba Baik Pada Usus
Senada, salah satu dosen pembimbing sekaligus ketua pusat studi Smonagenes, Prof. Fatchiyah, menyebutkan, dalam penelitian di Pusat Studi Smonagenes juga telah membuktikan bahwa beras hitam baik untuk mengontrol obesitas dengan menurunkan kadar kolesterol, sedangkan beras merah cenderung untuk diabetes.
“Penelitian yang diangkat Dr. Dewi merupakan bagian dari penelitian Prioritas Riset Nasional (PRN) tentang Padi Berpigmen di Indonesia,” tuturnya.
Sementara itu, disebutkan, berkat arahan dan bimbingan Prof. Fatchiyah, MKes, PhD., Ibu Anna Safitri, S.SI., MSc., PhD dan Prof. James R.Ketudat Cairns, PhD. di usianya yang masih muda, Dr. Dewi Ratih Tirto Sari, S.Si., M.Si menjadi mahasiswa PMDSU DIKTI batch 3 (S2 selama 1 tahun dan S3 selama 3 tahun) yang lulus pertama kali tepat waktu selama 4 tahun pada Program studi S3 Biologi di Universitas Brawijaya.
Berkat capaiannya berupa lima jurnal internasional terindek scopus Q2-Q3 dan sebagai penyaji dalam tiga seminar internasional, diantaranya 1st ICHST 2018; 5th ICAMBBE 2018; dan AOCE-SICEM Korea 2020, Dr. Dewi hanya perlu mengikuti diseminasi hasil disertasi saja, tanpa ujian akhir disertasi. (ANC)