Pola Makan Nabati Bantu Pertumbuhan Mikroba Baik Pada Usus

Pola Makan Nabati Bantu Pertumbuhan Mikroba Baik Pada Usus
Rolasnews.com – Ahli gastroenterologi Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston, Dr. Andrew Chan, mengutarakan bahwa pola makan nabati atau mengkonsumsi sumber pangan dari tanaman dan tumbuh-tumbuhan berkaitan erat dengan dengan mikroba usus baik. Hal ini dapat menurunkan risiko obesitas, diabetes tipe 2 dan penyakit jantung pada manusia.

Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Nature Medicine pada Senin, 11 Januari 2021.

“Studi ini menemukan adanya kaitan erat antara spesies mikroba sehat dalam usus, jenis makanan nabati, serta resiko penyakit yang umumnya diderita manusia modern,” kata Dr. Chan.

Read More

“Kami berharap informasi ini dapat membantu siapapun dalam menghindari masalah kesehatan serius dengan mengubah pola makan,” tambahnya.

Studi ini melibatkan 1.100 relawan dari Amerika Serikat dan Inggris. Para peneliti mengumpulkan data tentang komposisi bakteri usus, kebiasaan makan, serta golongan darah para relawan.

Penelitian menunjukkan bahwa mikrobioma yang terkait dengan makanan tertentu dapat menjadi pertanda metabolisme penyakit dalam tubuh. Mikrobioma muncul dalam tubuh karena berbagai faktor, tetapi tidak termasuk faktor genetika.

Chan, seperti yang dikutip dari rilis RS mengatakan bahwa hubungan timbal balik mikrobioma, pola makan serta penyakit melibatkan banyak variabel. Hal ini terjadi karena pola makan masyarakat berbeda pada setiap individu. Perubahan waktu juga mengubah pola makan.

Manfaat Buah Jambu dan Daunnya Untuk Mengontrol Tingkat Gula Darah

Para peneliti menyimpulkan bahwa manusia yang mengkonsumsi makanan dari sumber nabati cenderung memiliki mikroba usus sehat. Mereka juga menemukan mikrobiomia khusus untuk mengurangi resiko obesitas, penyakit jantung, serta gangguan kandungan gula darah.

“Saat manusia makan, manusia tidak hanya memberi makan pada tubuh. Mikroba yang tinggal di dalam usus juga turut mendapatkan makanan tersebut, ” kata Tim Spector, salah satu peneliti, yang juga ahli epidemiologi King’s College di London.

Hal serupa juga diutarakan oleh Nicola Segata. Sebagai peneliti utama di Laboratorium Metagenomik Komputasi Universitas Trento di Italia, ia mengatakan para peneliti cukup terkejut melihat kelompok mikroba “baik” dan “buruk” dalam jumlah besar. Menurutnya, para peneliti sangat terkejut dengan begitu banyaknya mikroba yang ‘belum memiliki istilah medis’. (NAY)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *