Rolasnews.com – Saling memakan terjadi pada dunia otomotif dan telekomunikasi. Bila selama ini produknya saling menunjang, seperti mobil ataupun smartphone, kini mulai terjadi persaingan. Bahkan dampak ekstrimnya mulai saling membunuh, dimana salah satunya mulai mengurangi produksi karena kekurangan pasokan.
Komponen yang jadi rebutan itu adalah chip semikonduktor. Inilah perangkat penting sebagai otak pengatur fitur-fitur yang ada di mobil maupun smartphone. Tingginya lonjakan permintaan alat komunikasi berupa smartphone ataupun tablet selama pandemi COVID-19, berdampak pada kurangnya pasokan chip ke produsen otomotif.
Bahkan Nikkei Asian Review melaporkan kelangkaan chip ini telah terjadi sejak beberapa bulan lalu di industri otomotif. Komponen penghantar arus listrik yang bisa menjadikan mobil makin pintar itu memaksa produsen otomotif harus menyesuaikan jumlah produksinya menyesuaikan dengan ketersediaan pasokan chip.
Toyota, Honda, Mitsubishi, Nissan serta VW mengakui produksi mereka terganggu. Terutama yang menyangkut pembuatan mobil listrik (EV), dimana jumlah kebutuhannya hingga dua kali lipat dibandingkan mobil konvensional.
Lalu bagaimana dampaknya di Indonesia?
Tenang. Untuk pasokan produk otomotif di Tanah Air, Otoplasa memastikan tetap lancar mengingat banyak merek yang masih menyimpan stok jualannya terutama yang NIK 2020. Kalaupun ada konsumen yang sekarang ingin membeli merek tertentu yang bukan mobil listrik, dijamin unit akan segera tiba dalam hitungan hari.
Trend Pandemi Terus Naik, Surabaya Batal Gelar Pameran Otomotif
Sesuai data GAIKINDO pada 2020 lalu pasar mobil Indonesia hanya mencapai 525 ribu unit, jauh dari pencapaian 2019 yang berhasil menjual lebih dari 1 juta unit.
Meskipun begitu Ketua Umum GAIKINDO Yohannes Nangoi memperkirakan di 2021 akan ada peningkatan penjualan ke 750 ribu unit.
“Prediksi saja tahun ini 750 ribu unit dan kapasitas kita produksi hingga 2,4 juta,” pungkasnya. (*)