Perbedaan Layanan 4G dan 5G

Perbedaan Layanan 4G dan 5G
(Selamat datang 5G di Indonesia. Photo Courtesy : Forbes)
Rolasnews.com – Saat ini pengguna internet di Indonesia mungkin sudah cukup puas dengan layanan 4G. Pasalnya, main game online hingga nonton Youtube resolusi HD bisa berjalan lancar hanya dengan mengandalkan jaringan 4G.

Meski demikian, rencana pemerintah untuk menghadirkan layanan 5G mau tidak mau memunculkan pertanyaan, perlukah kita berpindah ke jaringan 5G? Lalu apa saja keuntungannya layanan ini dibandingkan menggunakan layanan 4G?

Pertanyaan-pertanyaan ini wajar mengingat yang menjadi masalah utama di tanah air saat ini adalah sinyal internet yang lemah dan bukan di masalah jenis jaringannya. Terutama di daerah yang masih belum terjangkau internet atau sinyal yang jelek.

Read More

Karena itu, banyak yang tak mempermasalahkan jaringan layanan 4G. Yang penting sinyalnya kuat.

Hanya saja, teknologi terus berkembang. Perusahaan-perusahaan mulai memproduksi perangkat yang mendukung 5G secara massal. Tinggal tunggu waktu saja jaringan 4G akan sepenuhnya digantikan oleh jaringan 5G.

Sebagaimana diketahui, perbedaan terbesar layanan 4G dan 5G adalah kapasitas puncak dan latensi. Misalnya, kapasitas puncak sektor layanan 5G dalam Gbps (gigabyte per second) dibandingkan dengan 4G dalam Mbps (megabits per second).

Secara teori, kecepatan maksimal layanan 4G bisa mencapai 300 Mbps. Tetapi dalam kenyataannya, rata-rata kecepatan 4G tak lebih dari 40-60 Mbps. Itu pun di luar negeri yang jaringan internetnya sudah sangat bagus.

Padahal rata-rata operator lokal di Indonesia memberikan paket kuota internet, yang sinyal internet 4G-nya kuat, di kecepatan 20 Mbps. Bisa dibayangkan jika sinyal internet di suatu daerah lemah, tentu kecepatan internetnya lebih lambat lagi.

Sementara kecepatan maksimum 5G bisa mencapai 10 Gbps. Tentu sangat jauh dibandingkan dengan 4G yang hanya di kisaran 300 Mbps.

Apabila kita sudah menggunakan layanan berbasis 5G, konsumen akan merasakan pengalaman berupa kecepatan lebih dari 100 kali lebih cepat dari sebelumnya untuk berselancar di internet, mengakses video HD, dan sebagainya.

Kecepatan layanan 5G
(Kecepatan jaringan 5G bisa 100 kali lebih cepat dibandingkan 4G. Photo Courtesy : Tom’s Guide)

Selain itu, latensi, atau waktu yang berlalu sejak informasi dikirim dari perangkat hingga digunakan oleh penerima, akan sangat berkurang pada jaringan 5G, memungkinkan kecepatan pengunggahan dan pengunduhan yang lebih cepat.

Perbedaan besar lainnya antara 4G dan 5G adalah ukuran bandwidth.

Dalam konteks rencana tersebut, Kominfo berfokus dalam memfasilitasi dan pendampingan pergelaran infrastruktur dan jaringan 5G di 13 kota hingga 2024, dengan perincian enam ibu kota provinsi di Pulau Jawa, lima destinasi wisata superprioritas, Ibu Kota Negara (IKN), dan satu industri manufaktur pada tahap awal implementasi 5G.

Disebutkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 2/2021, Pemilihan lokasi enam ibu kota provinsi di Pulau Jawa sebagai pilot project pada tahap awal implementasi 5G, karena enam lokasi tersebut dianggap feasible baik dari sisi potensi pasar maupun dukungan infrastruktur.

Kominfo berharap setelah tergelar 5G di 13 lokasi, dalam waktu yang tidak terlalu lama, layanan 5G akan diperluas sesuai dengan pertumbuhan permintaan di lokasi-lokasi lain.

Layanan 5G Segera Hadir di Indonesia

Rencana keluarnya payung hukum implementasi generasi 5 itu pun disambut kalangan pelaku bisnis. Menurut kalangan operator, rencana itu menjadi angin segar bagi operator untuk mempercepat pembangunan serat optik sehingga peralihan 5G tidak perlu waktu lama.

Evolusi 1G hingga 5G
(Evolusi layanan 1G hingga 5G. Photo Courtesy : Pinterest)

Perlu diketahui, perangkat 5G saat ini masih tersedia sangat terbatas. Tidak itu saja, masih ada pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan sebelum menuju penggelaran infrastruktur 5G. Misalnya, perlunya alokasi spektrum frekuensi dalam jumlah besar, minimal 100 MHz.

Sementara itu, pelaku bisnis yang lainnya berkomentar pengembangan 5G di Indonesia akan banyak bergantung pada perkembangan ekosistem global.

Dijelaskan, pita frekuensi yang digunakan akan selaras dengan kondisi perangkat internasional yang telah mendukung untuk frekuensi tertentu. Penerapan 5G nasional, tambahnya, akan banyak mencontoh kasus penerapan 5G di tataran global.

Tak dipungkiri, saat ini sudah banyak negara yang mengimplementasikan jaringan 5G. Sayangnya, hasil dari pergelaran itu belum memperlihatkan manfaat yang optimal terhadap pertumbuhan bisnis operator telekomunikasi.

Terlepas dari semua itu, Indonesia seperti negara-negara lainnya juga ingin mensejajarkan sebagai negara pionir layanan 5G. Sukses atau tidaknya juga tergantung dari dukungan semua pihak sehingga terbangun ekosistem yang kuat dan memberikan manfaat ekonomi yang luar biasa.

Selamat datang 5G di Indonesia. (TON)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *