Trophy Hunter Dikecam Karena Pamer Hati Jerapah yang Dibunuhnya

Trophy Hunter Dikecam Karena Pamer Hati Jerapah yang Dibunuhnya
(Merelize Van Der Merwe dengan jerapah yang dibunuhnya. Photo Courtesy : Facebook)
Rolasnews.com – Dunia maya digegerkan ulah seorang trophy hunter atau pemburu binatang yang memamerkan hati jerapah yang ia bunuh. Selain dikecam keras karena menggambarkan organ vital itu sebagai hadiah Valentine, si pemburu juga dilabeli sosiopat gara-gara perilakunya yang dianggap nyeleneh menjurus sadis tersebut.

Merelize Van Der Merwe baru-baru ini membuat murka pengguna Facebook setelah ia memposting gambar-gambar mengerikan seekor jerapah dewasa yang tewas ditembaknya dan kemudian memamerkan hati binatang berleher panjang itu.

Dikutip dari Mirror, sang suami rela merogoh kocek US$ 2 ribu sekedar untuk mewujudkan impian istrinya berburu satwa liar di sebuah taman di Afrika Selatan.

Read More

“Penasaran seberapa besar hati jerapah? Saya benar-benar bahagia dengan hadiah Valentine saya yang BESAR ini,” tulis Van Der Merwe di akun Facebooknya.

Perempuan berusia 32 tahun itu juga mengatakan hendak menjadikan permadani kulit jerapah yang dibunuhnya.

Kelakuannya ini segera saja memantik reaksi amarah para aktivis penyayang binatang. Namun Van Der Merwe tak terlalu menggubrisnya. Ia bersikeras bahwa menembak mati hewan eksotis berusia 17 tahun itu sebenarnya malah membantu menyelamatkan spesies yang terancam dan berkontribusi positif pada geliat pariwisata di kawasan tersebut.

Jerapah mati oleh trophy hunters
(Trophy hunter membunuhi satwa liar demi kesenangan. Inzet: Van Der Merwe dengan hati jerapah yang dibunuhnya. Photo Courtesy : Facebook)

Van Der Merwe sejauh ini dikabarkan telah membunuh setidaknya 500 satwa liar, termasuk singa, macan tutul dan gajah. Ia mengungkapkan alasannya memposting foto-foto yang bikin mual itu karena ingin mencibir upaya lobi-lobi yang dilakukan para aktivis hak-hak binatang.

“Tak ada respek buat mereka. Saya anggap mereka tak ubahnya mafia,” ujarnya menanggapi kecaman para aktivis.

“Saya telah menunggu bertahun-tahun untuk berburu jerapah yang sempurna. Makin tua makin gelap warnanya. Saya menyukai kulitnya dan fakta bahwa itu adalah binatang ikonik di Afrika,” jelasnya antusias saat menceritakan perjalanan yang diidam-idamkannya bersama sang suami ke Resor Sun City yang berada di kawasan Taman Nasional Pilanesberg, Afrika Selatan.

Perempuan pemilik perkebunan jeruk sitrus di Provinsi Limpopo, Afsel, itu mengklaim tindakannya membunuh jerapah telah menciptakan pekerjaan untuk 11 orang hari itu. Juga daging yang banyak untuk penduduk setempat.

“Jika perburuan dilarang, hewan-hewan liar itu akan menjadi tidak berharga dan akan menghilang. Perburuan telah membantu menyelamatkan spesies langka dari ambang kepunahan. Satu-satunya pihak yang melindungi hewan-hewan ini justru adalah para trophy hunters,” jelasnya.

Efektif Usir Binatang Pengganggu, Kotoran Singa Laris Diburu

Akan tetapi pembelaan Van Der Merwe ini dibantah Mark Jones dari Born Free Foundation.

“Klaim para trophy hunter bahwa mereka peduli dengan konservasi satwa liar sangat menyesatkan,” kata Jones.

“Perburuan demi trofi (seperti yang mereka lakukan) bukanlah cara konservasi. Selain itu dana yang diberikan juga tidak signifikan bagi komunitas lokal,” imbuhnya.

Van Der Merwe dilabeli sosiopat
(Tangan Van Der Merwe yang berlumuran darah korbannya. Perilakunya yang doyan pamer kesadisan, meski itu terhadap binatang, bisa digolongkan sebagai ciri-ciri sosiopat. Photo Courtesy : Facebook)

Hal senada diungkapkan Ellisa Allen, seorang aktivis PETA, sebuah LSM yang memperjuangkan perlakuan lebih manusiawi terhadap binatang.

“Seseorang yang membunuh mahluk hidup lain, mengeluarkan hatinya, dan kemudian membangga-banggakannya, sudah sesuai dengan ciri-ciri sosiopat (orang dengan gangguan kepribadian antisosial, red),” kata aktivis tersebut.

“Suatu ketika nanti, perburuan semacam ini akan dianggap sebagai tanda gangguan jiwa. Kebrutalan, pembantaian semena-mean serta sifat haus darah disempurnakan dengan hasrat membara untuk pamer,” ketus Ellisa Allen. (NAY)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *