Rolasnews.com – Para pemimpin dunia tak seharusnya memanfaatkan pandemi COVID-19 untuk kepentingan politis. Sebaliknya, mereka musti bersatu untuk memeranginya.
Demikian pernyataan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, Senin (22/6). Ia memperingatkan semua pihak bahwa pandemi masih berkecamuk hebat dan nyaris setiap hari ada rekor peningkatan kasus baru.
Pernyataan Tedros tersebut dilontarkan setelah jumlah kasus terkonfirmasi positif dilaporkan melonjak di Brazil, Irak, India dan sejumlah negara bagian Amerika Serikat di kawasan barat dan selatan. Hal ini membuat rumah sakit-rumah sakit setempat kewalahan menampung pasien.
Dalam video conference dengan para pemimpin dunia di World Government Summit di Dubai, Uni Emirat Arab, Tedros mengungkapkan fakta yang sangat mencemaskan. Jika di awal-awal pandemi perlu waktu 3 bulan untuk mencapai 1 juta kasus, namun kini hanya butuh 8 hari untuk mencapai jumlah yang sama.
Oleh karena itu, meski tidak secara eksplisit menyebutkan nama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Tedros memperingatkan agar para pemimpin dunia “tidak mempolitisasi” pandemi COVID-19.
Sebelumnya, Trump beberapa kali mengkritik WHO karena dianggap lambat merespon penyebaran virus. Trump juga terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya atas pujian yang dianggapnya berlebihan terhadap China, negara asal mula Virus Corona. Tak cukup sampai di situ, AS bahkan mengancam mencabut seluruh donasinya untuk WHO.
Namun reaksi frontal kepala negara adi kuasa itu dicurigai hanya sebagai pengalihan isu atas berbagai masalah yang mendera pemerintahannya.
“Ancaman terbesar yang kita hadapi sekarang bukanlah virus itu sendiri. Melainkan kurangnya solidaritas dan kepemimpinan global. Kita tak bisa mengalahkan pandemi ini dengan dunia yang terpecah-pecah,” tegas Tedros sebagaimana dilansir Associated Press.
Untuk diketahui, dari data yang dikumpulkan Johns Hopkins Univerity, kasus positif COVID-19 sudah mendekati angka 9 juta kasus di seantero jagad dengan korban jiwa lebih dari 468.000. Akan tetapi para pakar mengatakan angka yang sebenarnya jauh lebih tinggi karena pengujian masih amat terbatas serta banyaknya Orang Tanpa Gejala (OTG).
“Pandemi COVID-19 menunjukkan dunia memang tidak siap. Secara global, trend pandemi ini masih akan terus meningkat,” ujar Dirjen WHO asal Ethiopia itu.
Perburuan Vaksin COVID-19 Didominasi Negara Kaya
Sementara itu, perusahaan farmasi dan sejenisnya di seluruh dunia saat ini tengah berlomba-lomba menemukan vaksin COVID-19. Namun muncul perdebatan sengit tentang bagaimana memastikan bahwa vaksin akan dapat didistribusikan secara adil.
Berbicara kemudian dalam konferensi yang sama, utusan khusus WHO untuk COVID-19, Dr. David Nabarro, mengatakan butuh “2,5 tahun hingga tersedia vaksin untuk semua orang di dunia”.
“Sekali pun ada vaksin yang potensial akhir tahun nanti, tes untuk keamanan dan kemanjurannya masih akan memakan waktu,” kata dokter berkebangsaan Inggris itu.
“Selain itu, kerja keras masih harus dilakukan untuk memproduksi sejumlah besar vaksin sehingga semua orang di dunia bisa mendapatkannya. Tak kalah penting kemudian adalah mengatur program vaksinasi global,” tandasnya.