Rolasnews.com – Selain selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat, Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas Kelas 1 Lowokwaru Malang terus melakukan inovasi. Salah satunya dengan menghadirkan “Museum Pendjara Lowok Waroe”.
Kepala Lapas Kelas 1 Lowokwaru Malang, Anak Agung Gede Krisna, menjelaskan, bangunan yang sekarang dijadikan sebagai museum tersebut dahulunya merupakan tandon air yang dibangun pada tahun 1918, dan telah mengalami pergantian tiga masa. Yakni masa Belanda, Jepang dan masa kemerdekaan.
Pada masa Jepang tempat tersebut sempat digunakan sebagai lokasi penampungan para pejuang kemerdekaan untuk diinterogasi.
“Oleh sebab itu tujuan dijadikannya bangunan bekas tandon tersebut sebagai museum adalah untuk merefleksi serta mengingat kembali sejarah Lapas Lowokwaru,” jelasnya dalam acara peresmian Museum Pendjara Lowok Waroe, Selasa (16/6).
Disampaikan Agung, ide awalnya ketika petugas lapas membersihkan sejumlah ruangan yang ada di dalam lapas. Mereka menemukan sejumlah barang antik berikut foto-foto arsip Lapas Lowokwaru Malang pada jaman dulu.
“Dari situ akhirnya kami berinisiatif untuk membuat sebuah museum di dalam Lapas Lowokwaru Malang ini,” akunya.
Menurutnya, dalam museum tersebut berisi barang-barang yang sarat akan nilai sejarah. Mulai dari mobil yang pada saat itu berfungsi untuk memindah hunian para narapidana, sepeda onthel yang digunakan sipir untuk patroli dan inspeksi di area dalam lapas, alat tenun bukan mesin, hingga mesin jahit jaman dahulu yang dipergunakan untuk memberi keterampilan para narapidana. Selain itu, juga ada barang-barang dan foto-foto bersejarah.
Sementara itu Kepala Kanwil Kemenkumham Jawa Timur, Krismono, yang di daulat untuk meresmikan museum tersebut mengaku sangat mengapresiasi berbagai upaya yang telah dilakukan Kalapas bersama tim untuk menghadirkan kembali sejarah perjalanan Lapas Kelas 1 Lowokwaru Malang.
“Ini merupakan ide yang cemerlang, karena begitu masuk ke dalam museum, kita bisa langsung mengetahui kondisi Lapas Lowokwaru jaman dulu. Karena di sana memang dipamerkan foto dokumentasi serta benda-benda bersejarah peninggalan jaman belanda yang masih terawat dengan baik,” ucapnya.
Krismono menambahkan, Museum Pendjara Lowok Waroe nantinya bisa menjadi wahana edukasi bagi masyarakat. Termasuk anak-anak sekolah dan para pembesuk.
“Jadi museum ini bisa untuk umum. Nanti mungkin ada anak-anak sekolah yang datang ke sini ingin mengetahui kondisi penjara pada saat itu. Kemudian pembesuk juga bisa dijadikan sebagai tempat rekreasi sekaligus membandingkan kondisi penjara jaman sekarang dan dulu seperti apa, sehingga mereka punya gambaran bahwa ternyata ada perubahan yang sangat signifikan,” ungkapnya.
“Saya rasa di Indonesia satu-satunya lapas yang ada museumnya, hanya di Lapas kelas 1 Lowokwaru Malang, pungkasnya. (ANC)