Rolasnews.com – Bank Indonesia (BI) akan terus melakukan intervensi di pasar keuangan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah di kisaran Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat pada akhir tahun. Sebelumnya, sempat muncul skenario terburuk rupiah akan anjlok ke level Rp 20.000 per dolar AS jika wabah Corona berlarut-larut.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam pernyataan secara online, Kamis (2/4) mengoreksi skenario bahwa rupiah bakal melorot ke Rp 17.500, bahkan sampai Rp 20.000 per dolar AS.
“Dengan koordinasi antara bank sentral dan pemerintah, kami yakin rupiah tidak hanya akan stabil. Tapi juga menguat menjadi Rp 15.000 per dolar AS pada akhir tahun ini,” tutur Perry.
Sehari sebelumnya, BI dan Pemerintah memproyeksikan rupiah akan terpuruk ke level terendah dalam sejarah, seandainya ekonomi Indonesia mengalami kontraksi dan pandemi Covid-19 berlangsung berkepanjangan.
“Kami tegaskan itu angka skenario terburuk, bukan proyeksi. Lalu kami juga melakukan berbagai kebijakan dengan baik. Angka Rp 17.500 per dolar AS dan Rp 20 ribu per dolar AS skenario berat,” terang Perry.
Baca Juga : Pertumbuhan Ekonomi Lesu, Tapi Masih Ada Harapan Tak Sampai Resesi
Perry juga menekankan bahwa BI bersama pemerintah akan berupaya agar pertumbuhan ekonomi tidak di bawah 2,3 persen. BI masih melihat ruang untuk perbaikan nilai mata uang dengan melakukan upaya koordinasi di antara otoritas keuangan.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah di perdagangan pasar spot hari ini, Rp16.470/USD. Sejak awal tahun, Rupiah telah terdepresiasi sekitar 15 persen.
Jika sampai menyentuh Rp 17.000 per Dolar AS, maka itu akan menjadi rekor terendah melampaui Rp 16.950 per dolar AS yang pernah tercatat saat krisis keuangan di tahun 1998.