Rolasnews.com – PBB merilis laporan pada Senin (9/8) yang menunjukkan adanya “kode merah untuk kemanusiaan” karena bumi saat ini menjadi sangat panas dan mungkin akan semakin memanas dalam satu dekade mendatang.
“Itu akan menjadi lebih buruk. Tidak ada tempat untuk lari tak ada tempat untuk sembunyi,” kata Linda Mearns, seorang ilmuwan iklim senior di Pusat Penelitian Atmosfer Nasional AS, dilansir AP news.
Laporan Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) otoritatif, yang menyebut perubahan iklim jelas disebabkan oleh ulah manusia. Data menunjukkan pemanasan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ilmuwan juga memperingatkan kita perlu bersiap untuk memasuki tingkat pemanasan dalam beberapa dekade mendatang.
“Laporan ini memberi tahu kita bahwa perubahan iklim baru-baru ini menyebar secara luas, cepat dan meningkat, belum pernah terjadi sebelumnya dalam ribuan tahun,” kata Wakil Ketua IPCC Ko Barrett, penasihat iklim senior untuk Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS.
Misalnya, jenis gelombang panas yang dulunya hanya terjadi setiap 50 tahun sekali, sekarang terjadi sekali dalam satu dekade, dan jika dunia memanas lagi satu derajat Celcius (1,8 derajat Fahrenheit), itu akan terjadi dua kali setiap tujuh tahun, kata laporan itu.
Pemanasan telah mempercepat kenaikan permukaan laut dan memperburuk kondisi ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, dan badai. Siklon tropis semakin kuat dan basah, sementara es laut Arktik berkurang di musim panas dan lapisan es mencair. Semua tren ini akan menjadi lebih buruk.
Baca Juga :
Naiknya Suhu 2 Derajad Celcius Lepas Miliaran Ton Karbon Tanah
Parahnya lagi, beberapa bahaya dari perubahan iklim seperti menipisnya lapisan es, naiknya permukaan laut dan perubahan di lautan karena kehilangan oksigen yang menjadi lebih asam – “tidak dapat diperbaiki selama berabad-abad hingga ribuan tahun,” kata laporan itu.
Saat planet ini memanas, banyak tempat akan mengalami cuaca ekstrem dan juga oleh berbagai bencana iklim sekaligus. Seperti yang terjadi saat ini di AS Barat, di mana gelombang panas, kekeringan, dan kebakaran hutan menambah kerusakan. Panas yang ekstrem juga memicu kebakaran besar di Yunani dan Turki.
Para ilmuwan telah mengeluarkan pesan ini selama lebih dari tiga dekade, tetapi dunia mengabaikannya, kata Direktur Eksekutif Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa Inger Andersen.
Untuk pertama kalinya, laporan tersebut menawarkan atlas interaktifbagi orang-orang untuk melihat apa yang telah terjadi dan mungkin terjadi di tempat tinggal mereka.
Hampir semua pemanasan yang telah terjadi di Bumi diakibatkan oleh emisi gas yang mengunci panas seperti karbon dioksida dan metana.
Laporan itu juga mengatakan bencana ultra-bencana atau disebut “titik kritis,” seperti runtuhnya lapisan es dan perlambatan arus laut yang tiba-tiba, adalah “kemungkinan kecil” tetapi tidak dapat dikesampingkan.
Para ilmuwan saat ini telah mencapai kemajuan besar dengan memahami seberapa cepat dunia memanas akibat pancaran berton-ton karbondioksida sehingga memungkinkan langkah pencegahan dan pemulihan agar bencana besar tidak banyak terjadi di masa depan.
Mereka juga menekankan bagaimana mengurangi tingkat metana di udara yang juga berkontribusi pada terjadinya pemanasan. Banyak metana di atmosfer berasal dari kebocoran gas alam, sumber listrik, dan juga peternakan hewan.
Baca Juga :
Dampak Global Perubahan Iklim Sama Seperti Pandemi COVID-19
Para pemimpin dunia mengatakan laporan itu menyebabkan mereka berusaha lebih keras untuk mengurangi polusi karbon.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken menyebutnya sebagai “pengingat yang tajam,” mengingat AS adalah penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar kedua di dunia dan memilki jejak karbon kumulatif terbesar sejauh ini.
Sementara Presiden Joe Biden telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi separuh emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 dan mencapai ekonomi nol bersih pada tahun 2050, melansir Forbes.
Masih ada harapan untuk mencegah banyak dampak lain yang paling mengerikan dari perubahan iklim. Yang terpenting adalah adanya komitmen dari negara-negara di dunia untuk mencapai “net zero” emisi karbondioksida. (AZP)