Pascasarjana Unair Gelar Peluncuran dan Bedah Buku “Perempuan Menyapa”

Pascasarjana Unair Gelar Peluncuran dan Bedah Buku “Perempuan Menyapa”
(Bedah buku “Perempuan Menyapa” yang digelar Sekolah Pascasarjana Unair, Sabtu (26/12). Photo Courtesy : Ist)
Rolasnews.com – Hari Sabtu (26/12) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair) menggelar acara bedah buku berjudul ‘Perempuan Menyapa’ secara daring. Acara yang dimulai pada pukul 10:00 ini merupakan kerjasama dari Sekolah pascasarjana Unair dengan pengarang buku “Perempuan Menyapa”, Neneng Wijoyo.

Turut berpartisipasi pada online zoom meeting ini adalah Prof. Badri Munir Sukoco sebagai direktur sekolah Pascasarjana serta KH. Yusron Aminulloh sebagai founder MEP Center dan De Durian Park. Juga tentunya pengarang buku “Perempuan Menyapa”, yaitu Neneng Wijoyo.

Acara sempat dibuka oleh sambutan dari Dr. Andriyanto, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Dan Kependudukan Prov Jawa Timur.

Read More

Prof Badri mengatakan bahwa peluncuran buku ini sekaligus memperkenalkan kepada publik bahwa Sekolah Pascasarjana UNAIR akan membuka program magister Pemberdayaan Perempuan. Hal ini untuk menjawab tren yang sedang berkembang di dunia modern, yaitu gender quality. Selain itu, acara ini juga digelar untuk memperingati Hari Ibu.

Perempuan Menyapa Adalah Buku Keseharian Para Ibu dan Suka Duka Mereka

Menurut Bunda Neneng, sapaan akrabnya, ia sengaja memberi ruang kepada para ibu untuk mencurahkan isi hati melalui buku.

“Ini cerita tentang keseharian kita,” jelas perempuan pendiri kolom Literasi Muslim ini.

Ia berujar bahwa para ibu memiliki tugas dan tanggung jawab besar selama pandemi. Kegiatan mendampingi anak yang harus belajar di rumah, sekaligus mendampingi suami dan juga turut mencari nafkah adalah hal-hal yang diungkapkan oleh para kontributor tulisan di buku “Perempuan Menyapa” ini.

Dampak pandemi bagi kaum perempuan
(Pandemi COVID-19 sangat berdampak terutama kepada kaum perempuan. Photo Courtesy : Ist)

Peran Ibu Perkuat Ekonomi Keluarga di Masa Pandemi

Bunda Neneng sendiri meminta pembaca untuk tidak memberi standar terlalu tinggi untuk buku ini. Pasalnya, buku  ini sengaja disusun sebagai ekspresi para ibu.

Para ibu tersebut, lanjutnya, memiliki berbagai macam latar belakang pendidikan dan profesi. Sebagian diantara mereka sudah sering menulis.

Hal ini ditanggapi dengan positif oleh KH. Yusron Aminulloh. Ia mengapresiasi kemauan para ibu untuk menuliskan narasi sosiologis, ketimbang literasi psikologis.

“Mereka menuliskan apa yang menjadi keinginan mereka, dan bukan keinginan pembaca. Hal ini sangat positif,” jelasnya.

Hanya satu kritikan kecil yang ia sampaikan bahwa alur penulisan masih melompat-lompat. Namun, bagi penulis senior ini, hal ini masih dapat diterima oleh para pembaca. (NAY)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *