Rolasnews.com – Jika di masa pandemi banyak perusahaan besar terancam gulung tikar akibat lesunya permintaan, tidak demikian halnya dengan Tupperware. Produsen peralatan rumah tangga berbahan plastik untuk wadah penyimpanan makanan tersebut justru membukukan keuntungan berlipat. Keuntungan terutama dipicu oleh melonjaknya penjualan mengikuti kecenderungan konsumen yang lebih memilih menyiapkan makanan dari rumah.
Menurunnya jumlah pengunjung restoran saat pandemi secara tak langsung menjadi berkah bagi Tupperware. Jutaan orang kini lebih suka membuka-buka buku masakan, mencoba resep dan memasaknya di dapur masing-masing.
Untuk menunjang rutinitas baru ini tentu mereka butuh tempat untuk menyimpan makanan yang tidak hanya praktis, tetapi juga kedap udara dan tahan lama. Dan ini adalah solusi yang diberikan Tupperware.
Maka tak heran jika perusahaan yang bermarkas d Orlando, Florida, Amerika Serikat, ini kemudian mengalami lonjakan penjualan yang luar biasa. Padahal lima hingga enam tahun terakhir, perusahaan sempat mengalami pertumbuhan negatif.
Dalam pengumuman resminya hari Rabu (28/10), Tupperware melaporkan profitnya selama kuartal terakhir naik empat kali lipat menjadi USD 34,4 juta.
Peningkatan penjualan ini turut mengerek saham Tupperware Brands. Corp yang sebenarnya sudah merangkak naik sejak April lalu, melonjak menjadi 35%, atau yang tertinggi tahun ini.
Berbeda dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya yang juga meraih keuntungan berlipat di masa pandemi, seperti Netflix, Amazon, Peloton atau bahkan DraftKings, Tupperware tidak bergantung pada penguasaan platform berteknologi canggih.
CEO Miguel Fernandez mengatakan strategi perusahaan telah beralih secara besar-besaran ke penjualan digital demi menyesuaikan perilaku pasar yang cenderung membeli secara online, lebih-lebih di masa pandemi COVID-19.
Booming Belanja Online di Masa Pandemi, Laba FedEx Naik Tajam
Sebelumnya, penjualan produk wadah plastik penyimpan makanan ini memang lebih banyak dilakukan dengan strategi penjualan langsung memanfaatkan peran kaum ibu yang dikenal sebagai Tupperware Party.
Strategi ini booming di awal tahun 1950-an. Saat itu, di AS setelah Perang Dunia II, para wanita dianjurkan untuk lebih memiliki waktu bersama keluarga. Dengan menjadi agen membuat mereka memiliki penghasilan sendiri dari rumah.
Selain itu, ada tradisi yang dikenal dengan sebutan Assembly yang diadakan secara rutin di setiap distributor resmi Tupperware. Tradisi ini terus berjalan hingga kini sebagai sarana untuk memberikan penghargaan kepada para penjual dan perekrut terbaik untuk individu maupun secara tim dan organisasi.
Dikutip dari wikipedia, Indonesia di tahun 2013 menjadi pasar terbesar direct selling Tupperware. Di tahun itu, angka penjualan tempat penyimpan makanan andalan emak-emak ini mencapai lebih dari USD 200 juta dengan lebih dari 250 ribu distributor. (TON/*)