Rolasnews.com – Presiden Rusia, Vladimir Putin, menandai peringatan hari kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II dalam suasana senyap. Parade militer yang biasanya spektakuler dan semarak kali ini terpaksa ditunda akibat pandemi Virus Corona.
Pada peringatan hari kemenangan Sabtu (9/5), Putin meletakkan bunga di makam prajurit tak dikenal di luar tembok Kremlin. Ia juga hanya memberikan sambutan singkat untuk menghormati keberanian dan penderitaan tentara Sovyet selama perang.
Ini adalah penampilan pertama Putin di muka umum. Selama satu bulan terakhir, di tengah merebaknya pandemi, ia lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja di kantor kepresidenan.
Dalam pidatonya, Putin tak menyebut apa pun tentang virus di negaranya yang terkonfirmasi telah menginfeksi 200 ribu orang serta bagaimana penyebarannya. Yang jelas, pandemi itu memupuskan agenda perayaan parade kemenangan Rusia atas PD II yang akan menjadi proyek prestisius bagi presiden yang berkuasa hampir dua dekade di negaranya tersebut.
Namun demikian, ia menjanjikan perayaan besar-besaran tetap akan dilangsungkan setelah situasinya memungkinkan.
Untuk diketahui, peringatan hari kemenangan adalah hari libur nasional (di luar hari libur keagamaan) yang paling penting di Rusia. Parade militer dan pawai di hari tersebut juga bersifat sangat emosional bagi warga Rusia karena saat invasi Nazi Jerman, 26 juta penduduk Uni Sovyet tewas, termasuk 8,5 juta tentaranya. Tak heran jika peringatan hari kemenangan telah menjadi bagian mendasar dan indentitas nasional Rusia.
Peringatan tahun ini sebelumnya diharapkan menjadi yang termegah karena ini adalah peringatan yang ke-75. Akan tetapi parade militer di Lapangan Merah dan prosesi massa Resimen Abadi terpaksa ditunda demi menghindari penyebaran COVID-19.
Satu-satunya unjuk kekuatan militer konvensional di ibukota Moskwa adalah pertunjukkan 75 pesawat tempur dan helikopter.
Baca Juga : India Longgarkan Kebijakan Lockdown untuk Gerakkan Ekonomi
Sebaliknya di negara pecahan Sovyet lainnya, Belarus, perayaan tetap berlangsung meriah. Tak kurang dari 3 ribu tentara menggelar parade militer di ibukotanya, Minsk. Puluhan ribu penonton, sebagian mengenakan topeng, menyaksikan parade tersebut.
Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, yang menyebut ketakutan terhadap virus sebagai “psikosis” atau gangguan kejiwaan, mengatakan bahwa apa yang dialami negaranya saat PD II sebagai “tidak dapat diperbandingkan dengan kesulitan apa pun saat ini.”
Presiden Lukashenko adalah satu dari sedikit pemimpin di dunia yang tidak memberlakukan kebijakan pembatasan untuk menghentikan penyebaran pandemi meski angka pasien positif COVID-19 di negaranya meningkat tajam.