Rolasnews.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pasien positif COVID-19 yang telah sembuh, bukan berarti kebal terhadap virus tersebut. Namun mereka berpotensi terinfeksi kembali jika mengabaikan prosedur keamanan standar.
Peringatan WHO ini dikeluarkan menyusul munculnya kasus-kasus pasien sembuh COVID-19 yang kemudian kembali terinfeksi. Peringatan yang dirilis Sabtu (25/4) itu juga untuk menanggapi upaya sejumlah negara yang mempertimbangkan memberikan “paspor imunitas” kepada mereka yang telah pulih agar dapat kembali bekerja setelah berminggu-minggu menjalani perawatan.
Yang dikhawatirkan, para pemegang “paspor imunitas” ini akan cenderung mengabaikan pengamanan standar seperti memakai masker wajah karena merasa sudah kebal dari COVID-19. Padahal itu dapat membahayakan dirinya maupun orang lain.
“Jika saya sudah pernah kena (terinfeksi), maka saya tidak akan tertular lagi,” kata Lothar Kopp, seorang warga Berlin, Jerman.
Kopp berharap antibodi yang dimilikinya usai sembuh akan membuatnya imun sehingga dapat segera mengunjungi ibunya yang sudah lanjut usia.
Namun asumsi ini ditentang keras WHO ditengah berkecamuknya pandemi yang sudah merenggut lebih dari 200 ribu jiwa. Wacana pemberian “paspor imunitas” juga dianggap gegabah karena orang yang telah pulih bukan berarti tidak akan terinfeksi ulang.
“Tak ada bukti sahih bahwa orang yang telah sembuh dari COVID-19 dan memiliki antibodi, terlindung dari kemungkinan infeksi berikutnya,” demikian pernyataan resmi WHO.
Baca Juga : Pemerintah Tetapkan Larangan Mudik di Tengah Pandemi COVID-19
Sementara itu, sehari sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan agar para pemimpin dunia, organisasi-organisasi internasional, serta kalangan pebisnis untuk bergabung dalam upaya mempercepat pengembangan dan distribusi vaksin.
“Kita menghadapi musuh global yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dunia bebas COVID-19 butuh kerja sama paling masif dalam sejarah,” ujar Guterres dalam teleconference yang dihadiri sebagian pemimpin dunia.
Ia menegaskan, vaksin yang dibuat nanti harus aman, terjangkau dan tersedia untuk semua masyarakat.
Sayangnya dalam briefing melalui teleconference tersebut, tidak hadir pemimpin dari China, tempat asal Virus Corona di akhir tahun 2019. Juga perwakilan dari Amerika Serikat, yang beberapa waktu lalu menuding WHO tidak cepat tanggap memperingatkan dunia sejak awal pandemi merebak.