FT dan FMIPA UB Tambah Jumlah Deretan Profesor

FT dan FMIPA UB Tambah Jumlah Deretan Profesor
(Prosesi pengukuhan dua profesor FT dan FMIPA di Universitas Brawijaya, Rabu (25/8). Credit: Ist)

Rolasnews.com – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan dua orang profesor baru dari Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Pengukuhan ini sekaligus menambah jumlah deretan profesor di UB dan di masing-masing fakultas tersebut.

Pada prosesi pengukuhan yang digelar di gedung Widyaloka hari ini, Rabu (25/8), Prof.Dr. Ir.Budi Sugiarto Waloeya, MSP dikukuhkan sebagai profesor di bidang Infrastruktur Perkotaan.

Read More

Prof. Budi tercatat sebagai profesor ke-16 di FT dan menjadi profesor aktif ke-196 di UB sekaligus profesor ke-283 dari total keseluruhan profesor yang ada di UB.

Dalam pemaparannya di depan senat, Prof. Budi membawakan orasi ilmiah terkait “Pengukuran Tingkat Pelayanan Jalan menggunakan Pendekatan Interaksi Model Tata Guna Lahan-Jaringan Jalan”.

Disampaikan Prof Budi, model tersebut bisa digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan tata guna lahan yang sudah berada di batas harus dikendalikan karena menyebabkan pelayanan jalanan yang buruk.

Menurutnya, penggunaan jalan selama ini sangat masif di wilayah perkotaan. Namun sayangnya peningkatan infrastruktur termasuk jalan raya tidak sebanding dengan pertambahan penduduk sehingga menimbulkan permasalahan. Akibatnya kemacetan kerap kali muncul di wilayah perkotaan.

“Titik kemacetan ini biasanya sering terjadi di ruas jalan-jalan utama penghubung antar kota,” sebutnya.

Sebagai contoh, Prof Budi telah melakukan studi kasus di koridor Jalan Surabaya (Waru)-Sidoarjo dimana merupakan jalan nasional yang menghubungkan Jalan Waru Surabaya dengan Kabupaten Sidoarjo dengan panjang jalan 29 km.

Berdasarkan Perhitungan Tingkat Pelayanan Koridor Jalan Surabaya (Waru)-Sidoarjo menggunakan metode Interaksi Model Tata Guna Lahan-Jaringan Jalan, menunjukkan bahwa dari rentang pukul 8-9 pagi sampai dengan 6-7 malam tingkat pelayanan jalan nilainya F.

F ini artinya koridor jalan dalam keadaan macet atau terjadi antrian yang panjang yang memperlambat laju kendaraan bermotor.

“Tingkat pelayanan jalan yang buruk mestinya menjadikan titik tolak pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan pengendalian pemanfaatan tata ruang dengan mengadakan pembatasan pengembangan untuk Zona Kawasan Perdagangan dan Jasa,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menambahkan, selain untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan, Interaksi Model Tata Guna Lahan-Jaringan Jalan juga dapat dipakai untuk mengetahui waktu tempuh perjalanan (travel time) pada ruas koridor jalan tertentu.

Prof Budi memberikan orasi ilmiah
(Prof Budi memaparkan orasi ilmiah dalam pengukuhannya sebagai profesor ke-16 di Fakultas Teknik, sekaligus profesor ke-283 di UB. Credit: Ist)

Baca Juga :

Tambah Guru Besar, UM Kukuhkan Dua Profesor Baru

Sementara itu Profesor kedua yang dikukuhkan adalah Prof.Dr. Sunaryo, S.Si., M.Si. (FMIPA). Prof Sunaryo merupakan profesor ke-25 di FMIPA dan ke-197 profesor aktif serta ke-284 dari seluruh profesor di UB.

Di hadapan senat, Prof Sunaryo memaparkan tentang Peranan Ilmu Geofisika Dalam Mitigasi Bencana Alam.

Menurutnya, Ilmu Geofisika merupakan alat untuk mengetahui informasi bawah permukaan bumi sehingga memegang peranan penting dalam pemecahan masalah kebencanaan, lingkungan dan eksplorasi.

“Ilmu Geofisika  ini layaknya ultra sono grafi (USG) bagi profesi seorang dokter karena sejatinya ilmu ini mengetahui kondisi bawah permukaan dengan bumi melalui pengukuran di permukaan bumi dengan menerapkan kaidah-kaidah Ilmu Fisika,” terangnya.

Penggunaan Ilmu Geofisika pada kebencanaan sebenarnya bisa dilakukan mulai upaya mitigasi pra bencana. Namun sayangnya saat ini di Indonesia penanganan bencana masih banyak dilakukan pada tahapan tanggap darurat dan rehabilitasi (paska bencana).

Padahal upaya optimalisasi teknologi menggali infomasi bawah permukaan bumi untuk mengetahui penyebab bencana geologi perlu dilakukan sehingga bisa dilakukan rekayasa sebagai upaya mitigasinya.

“Di sinilah peluang pengambangan ilmu geofisika,” tuturnya.

Baca Juga :

Peneliti ITS Anjurkan Pengembalian Tata Guna Lahan Pegunungan

Pemetaan atau zonasi wilayah dari informasi permukaan bawah bumi bisa digunakan sebagai alat mitigasi untuk mereduksi dampak atau bahkan mencegah terjadinya bencana alam seperti longsor, gempa bumi dan kekeringan. Salah satu contohnya yakni penggunaan Ilmu Geofisika pada kasus longsor di dusun Brau desa Gunungsari kecamatan Bumiaji, Batu.

Setelah dilakukan pengolahan dan interpretasi diperoleh rekomendasi sebagai upaya mitigasi bencana yakni pada bidang longsor stabil digunakan sebagai penampungan penduduk.

“Sedangkan di bidang relokasi tidak stabil dapat dilakukan rekayasa yakni, mengurangi kelebihan ketebalan beban batuan, membuat bangunan sipil berbentuk tembok penahan dan melakukan eco-engineering  melalui penanaman vegetasi yang berakar,” tandasnya. (ANC)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *