Rolasnews.com – Pasangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu mengakhiri penantian medali emas ganda putri bagi Indonesia dalam ajang Olimpiade. Dalam final di Musashino Forest Plaza, Tokyo, Senin (2/8), Greys-Apri menumbangkan ganda putri Tiongkok Chen Qingchen/Jia Yifan 21-19 21-15.
Sukses Greysia/Apriyani juga melengkapi medali emas Indonesia di semua nomor bulutangkis dalam ajang Olimpiade. Emas ganda putri itu pun menambah pundi-pundi medali Merah Putih di Olimpiade 2020 Tokyo jadi 1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu.
Sebagai yang paling senior dan sudah paling berpengalaman dalam mengikuti Olimpiade, Greysia pun menyebut nama pasangannya di ganda putri sebagai sosok penentu kemenangan bersejarah Indonesia dalam ajang multievent empat tahunan itu.
“Saya berterima kasih kepada Apriyani karena dia sudah mau berpasangan dengan saya. Saya sangat menghargainya,’’ ungkap Greysia, dikutip dari laman resmi Olimpiade.
Maklum, duet Greysia/Apri ini sudah menempuh jalan panjang sejak mulai “lahir” pada 2017.
Greysia yang paling paham seperti apa perjuangannya menemukan pasangan impian. Pada 2012, ia berpasangan dengan Meilina Jauhari dan didiskualifikasi. Empat tahun kemudian, saat Olimpiade Rio de Janeiro, ia berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari dan mentok cuma sampai perempat final.
Dan, di setiap kegagalannya di Olimpiade, bayangan pensiun selalu terbersit dalam pikiran pebulutangkis berusia 33 tahun itu. Apalagi setelah ditinggal Nitya gantung raket setelah operasi cedera bahu serius.
Pelatihnya, Eng Hian, sampai harus membujuknya agar tetap melanjutkan karirnya dalam bulutangkis. Coach Didi (sapaan akrab Eng Hian) tak sendirian. Datanglah Apri (panggilan akrab Apriyani) pada 2017.
Apri-lah yang membujuk Greysia agar tidak jadi pensiun untuk kali kedua pada 2016 itu.
“Dia datang entah dari mana secara tiba-tiba pada 2017. Datang saat saya sudah ingin pensiun,’’ kenang Greysia yang berulang tahun ke-34 pada 11 Agustus nanti itu.
Coach Didi punya ide menduetkan Greysia yang sudah senior dengan Apri yang umurnya jauh lebih muda. Terpaut sedekade. Memenangi BWF Grand Prix Thailand Terbuka 2017 adalah sukses pertama mereka.
Selama rentang empat tahun itu, pasangan ini mampu mencatatkan enam gelar juara pada BWF World Tour. Antara lain menjuarai India Terbuka 2018 dan 2019, Thailand Terbuka 2018, Indonesian Masters 2020, Spanyol Masters 2020, dan Yonex Thailand Terbuka 2021. Selain itu, dalam BWF Superseries, pasangan ini sempat memenangi Prancis Terbuka di 2017.
“Sekarang kami di sini (Olimpiade 2020) dan berhasil memenangi medali emas. Rasanya saya tidak bisa berkata-kata apa-apa lagi, susah diungkapkan,’’ sambung Greys yang tercatat jadi pebulutangkis tertua yang meraih medali emas Olimpiade.
Baca Juga :
Greysia/Apriyani Jaga Tradisi Emas Bulutangkis di Olimpiade
Apri yang baru kali ini merasakan Olimpiade dan langsung berhadapan dengan atmosfer final perebutan medali emas juga menyebut kalau motivasi Greysia sebagai pemacu dalam dirinya.
“Dia bilang kepada saya, saya akan bertambah tua dan kamu harus ikut berlari bersama saya,” tutur Apri menirukan ucapan Greysia kepadanya.
Sebaliknya dengan Greysia, Apri menyebut faktor tandemnyalah yang justru jadi faktor penting dari perjuangan duet ini. Baik saat sebelum berangkat ke Olimpiade atau selama menjalani masa-masa empat tahun bersama sebagai pasangan duet di lapangan.
“Saya melihat kamu terus bertahan melewati setiap tantangan yang sudah kita lewati ini karena medali emas Olimpiade. Karena momen inilah yang kami tuju selama ini. Terima kasih Greysia,’’ sambung Apri. (YMP)