Meski Pandemi Meluas, Sejumlah Negara Longgarkan Kebijakan Lockdown

Meski Pandemi Meluas, Sejumlah Negara Longgarkan Kebijakan Lockdown
(Dengan tetap mengenakan masker, staf hotel berkumpul di luar kantor Kementerian Dalam Negeri Yunani di Athena untuk menuntut pemerintah melonggarkan pembatasan ketat menjelang puncak musim pariwisata pertengahan Juni. Pemerintah Yunani mengumumkan akan secara bertahap membuka penerbangan internasional ke tempat-tempat tujuan wisata di negaranya per tanggal 1 Juli mendatang. Foto : AP Photo)
Rolasnews.com – Pandemi Virus Corona terus meluas di seluruh daratan Amerika Selatan, Rusia dan India. Namun demikian, kebijakan lockdown yang membatasi pergerakan penduduk mulai dilonggarkan di sebagian besar Eropa, Asia dan Amerika Serikat.

Di banyak negara yang kasus positif COVID-19 meningkat, pemerintahnya terpaksa membagi fokus antara melandaikan kurva pandemi sekaligus menyelamatkan perekonomiannya. Dua raksasa ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat dan China, angka penganggurannya melonjak tinggi.

Kepala The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) memperkirakan 1 dari 4 warga AS kehilangan pekerjaan semenjak wabah Corona merebak. Sementara di China, analis memprediksi sepertiga dari angkatan kerja di wilayah perkotaan menganggur.

Read More

Untuk menyelamatkan ekonomi akibat kebijakan ketat pembatasan, Beijing mengumumkan bahwa China akan memberi pemerintah daerah dana segar 2 triliun yuan (USD 380 miliar).

Sedangkan di AS yang hampir 39 juta warganya kehilangan pekerjaan, sejumlah negara bagian terpaksa secara bertahap membuka kembali ekonomi mereka agar orang-orang dapat kembali bekerja. Namun upaya itu juga tak sepenuhnya menjamin warga mendapatkan pekerjaannya kembali.

Ada pun di India yang kasus terkonfirmasi positifnya melonjak tajam, hari Jumat ini (22/5), Bank Sentralnya memangkas bunga menjadi 4% demi menghidupkan kembali perekonomiannya yang morat marit akibat wabah dan kebijakan lockdown selama 2 bulan.

Untuk negara-negara Eropa yang program jaring pengaman sosialnya relatif lebih baik seperti Jerman dan Perancis, pemerintahnya mensubsidi upah jutaan pekerja sehingga mereka tetap mendapatkan penghasilan.

Banyak pihak tengah memperdebatkan apakah sektor pariwisata yang menjadi salah satu penopang ekonomi Eropa dibuka kembali atau tidak. Perdebatan terutama pada perlu tidaknya mengkarantina wisatawan pada musim panas sesuai masa inkubasi virus, yakni dua minggu.

Baca Juga : Italia Cabut Larangan Bepergian Mulai 3 Juni

Situasi tak kalah pelik juga dihadapi dua negara berpenduduk terpadat di Amerika Tengah dan Selatan, Meksiko dan Brazil. Dua negara tersebut melaporkan ratusan jumlah kasus berikut kematian di beberapa minggu terakhir. Hal ini memicu kecaman terhadap para pemimpin mereka yang dianggap lelet dalam melakukan pembatasan karena ingin menyelamatkan ekonomi.

Di Brazil, dilaporkan hari Kamis malam kasus terkonfirmasi positif ada 300 ribu kasus dengan 20 ribu korban jiwa. Sebagian pakar menyebut angka yang sebenarnya lebih besar mengingat terbatasnya alat pengujian.

Ironisnya, Presiden Brazil, Jair Bolsonaro, tak menganggap serius hal ini. Ia malah secara aktif berkampanye melawan upaya gubernur-gubernur negara bagian yang membatasi mobilitas penduduk dan perdagangan demi mencegah penyebaran virus.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *