Rolasnews.com – Sebagai bahan makanan pokok, sudah sepatutnya penyimpanan beras menjadi salah satu hal yang patut diperhatikan dengan serius. Pasalnya, selama berada dalam gudang penyimpanan, setidaknya beras mengalami kerusakan sebanyak 40 persen dari berat awal.
Lingkungan gudang, kualitas beras, hama dan penyakit, durasi penyimpanan adalah hal yang mempengaruhi kualitas beras. Namun ternyata, yang menjadi masalah dominan dalam penyimpanan beras adalah serangan klas serangga dalam ordo Coleoptera dan Lepidoptera.
Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang penelitian Prof. Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS, sebagai Profesor bidang Ilmu Hama Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Menurut Prof Ludji, suhu gudang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan hama.
“Kondisi gudang dengan suhu lebih rendah dari 20 derajat Celcius atau lebih tinggi dari 35 derajat Celcius dengan kelembaban kurang dari 60 persen dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan hama gudang,” ujarnya saat melakukan konferensi pers pengukuhan Profesor via Zoom, Jumat (19/3).
Sayangnya pemahaman terhadap implementasi Pengelolaan Hama Gudang Terpadu (PHGT) selama ini masih belum memadai. Hasil penelitian juga masih berskala peneliti, serta fumigasi berjadwal belum juga mengikuti perkembangan ilmu yang lain.
Padahal Improvisasi PHGT, menurut Ludji, dapat dilakukan dengan memperhatikan kodisi wilayah, waktu serta kearifan lokal.
“Kehadiran serangga hama sebenarnya dapat dideteksi lebih dulu dengan berbagai teknik pengamatan, mempertahankan kondisi gudang pada suhu dan kelembaban udara tertentu, pengemasan dengan bahan yang kuat serta menyimpan beras berkualitas baik dengan kadar air 12 persen dapat dilakukan untuk menghambat pertumbuhan serangga hama yang menyerang beras”, terangnya.
Selain itu, penguasaan terhadap hama gudang menjadi penting bagi seorang manager gudang beras, untuk mengamankan persediaan dari serangan hama.
Manfaatkan Sekam Padi, Mahasiswa ITS Gagas Penghasil Energi Listrik
“Karenanya dibutuhkan pula sosialisasi informasi yang benar dan peningkatan kerjasama ilmuwan dalam penelitian hama gudang, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan perkembangan ilmu serta perilaku masyarakat guna improvisasi PHGT dan mempertahankan kualitas beras, dengan meminimalkan aplikasi insektisida sintetis,” tutupnya.
Prof. Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS merupakan profesor aktif ke-41 dari Fakultas Pertanian dan Profesor aktif ke-195 di UB, serta menjadi Profesor ke-278 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan UB. (ANC)